Jumat 04 Jul 2014 19:37 WIB

Ini Kisah Penantian Keluarga Korban Penculikan 98

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Mansyur Faqih
Keluarga korban membawa poster tentang penculikan aktivis 97-98 saat audiensi antara Koalisi Masyarakat Sipil Melawan Lupa dengan para komisioner Komisi Nasional HAM yang di Jakarta, Rabu (7/5).
Foto: Aditya Pradana Putra/Republika
Keluarga korban membawa poster tentang penculikan aktivis 97-98 saat audiensi antara Koalisi Masyarakat Sipil Melawan Lupa dengan para komisioner Komisi Nasional HAM yang di Jakarta, Rabu (7/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu aktivis yang pernah diculik pada kerusuhan 1998, Raharja Waluya Jati menceritakan kisah keluarga teman-temannya yang hingga kini belum kembali.

Jati, panggilan akrabnya, meceritakan kisah yang dialami salah satu keluarga korban, Noval Alkatiri. Menurut dia, ayah Noval, Said Alkatiri, selalu meninggalkan satu piring terbalik di meja makan untuk anaknya setiap makan malam. 

Hal itu terus dilakukannya selama 15 tahun. Namun, hingga ajal menjemput, anak kesayangannya tersebut tak pernah kembali.

"Kalau teman-teman main ke rumah kawan-kawan kami yang masih hilang, kalian pasti merasakan keperihan karena kehilangan anggota keluarganya," kata Jati di Hotel Grand Cemara, Menteng, Jakarta, Jumat (4/7).

Jati kemudian menceritakan kisah pilu lain yang dialami keluarga Suyat. Menurut dia, keluarga Suyat hingga kini sengaja memelihara satu ekor kambing. Kambing tersebut rencananya akan disembelih sebagai ungkapan syukur kalau anaknya suatu saat kembali.

Hal itulah yang membuat Jati dan empat teman korban penculikan yang dikembalikan menyatakan dukungannya pada Jokowi-JK. Mereka berharap Jokowi akan memenuhi janjinya menuntaskan kasus pelanggaran HAM jika terpilih menjadi presiden. 

Dia juga berharap, Jokowi dapat mengusut keberadaan 13 aktivis yang diculik. Baik dalam keadaan hidup atau mati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement