REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU -- Jika kebakaran hutan dan lahan di Riau kembali marak dan menghasilkan polusi asap maka berpotensi kabut asap sampai ke negara tetangga Malaysia dan Singapura.
Analis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Ardhitama di Pekanbaru, Kamis (29/5), mengatakan, saat ini arah pergerakan angin sudah dari Tenggara sampai dengan Barat Daya yang artinya mengarah ke negara-negara tetangga itu. Ia mengatakan, saat ini hingga beberapa hari ke depan kondisi cuaca di Riau masih berawan, berpeluang terjadi hujan dengan intensitas ringan disertai angin kencang untuk beberapa daerah kabupaten/kota, khususnya pada malam atau dini hari.
"Kemungkinan adanya peluang hujan ini disebabkan penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca yang dilakukan oleh tim satuan tugas penanggulangan bencana kabut asap Riau," kata Ardhitama.
Karena jika dilihat dari situasi cuaca yang telah diprakirakan, sebagian besar Riau telah memasuki musim kemarau yang memang sangat berpotensi menyebabkan kebakaran hutan dan lahan. Satelit National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) 18 milik Amerika Serikan dan dioperasikan Singapura pada Rabu (28/5) sore telah mendeteksi kemunculan 51 titik panas (hotspot) di daratan Pulau Sumatra dan terbanyak di Riau mencapai 37 titik.
"Sebanyak 12 di antaranya berada di Kabupaten Rokan Hilir," kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau, Said Saqlul Amri.
Titik panas atau hotspot merupakan suhu panas di permukaan bumi yang patut diduga merupakan peristiwa kebakaran hutan dan lahan penyebab polusi asap yang selama ini kerap melanda Riau. Belasan hotspot di Rokan Hilir itu tersebar di sejumlah wilayah meliputi Kecamatan Pasir Limau Kapas (5 titik), Sinaboi (2 titik), kemudian di Kecamatan Bagan Sinembah, Bangko Pusako, Batu Hampar dan Kecamatan Kubu serta tanah Putih masing-masing terdeteksi satu titik panas. Titik panas lainnya berada di Kabupaten Bengkalis, Pelalawan, Indragiri Hilir, dan Kota Dumai.