REPUBLIKA.CO.ID,JAYAPURA -- Pengurus Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina) Papua telah mendapat laporan lisan yang menyebutkan bahwa final tinju Piala Bupati Nabire di GOR Kota Lama pada Ahad (14/7). tidak ada hubungannya dengan kerusuhan yang menewaskan 18 orang.
"Saya sudah menelepon ketua panitia penyelenggara tinju Nabire dan mereka sampaikan bahwa insiden yang menewaskannya 18 penonton atau warga Nabire sesudah final tinju pada Minggu (14/7) malam tidak ada hubungannya dengan hasil pertandingan," kata Ketua Bidang Komisi Teknik Pengda Pertina Papua, Carol Renwarin di Jayapura, Selasa (16/7).
Carol mengatakan bahwa laporan lisan sementara tersebut didapat dari ketua panitia penyelenggara tinju Nabire Yafet Womsiwor termasuk keterangan wasit dan hakim pertandingan. "Wasit dan hakim pertandingan sampaikan bahwa insiden memilukan itu terjadi setelah keputusan sah, yang mana kedua petinju Alfius Rumkorem dan Pigome tidak mempermasalahkan hasilnya termasuk kedua pelatih mereka," katanya.
Kasus ini tidak terkait dengan hasil pertandingan. ''Dan saya sudah koordinasi dengan ketua panitia penyelenggara. Dan peristiwa ini ada yang menyelip masuk atau oknum warga yang mabuk ini, mereka ribut. Ini hanya ricuh dari orang mabuk, untuk kalah dan menang dari petinju dan pelatih tidak ada masalah," sambungnya.
Dia mengemukakan terdapat kelemahan dari panitia penyelenggara yakni tidak ada technical delegate dari Pertina Papua. "Dan mereka tidak sampaikan hal itu kepada kami selaku pengurus tertinggi di provinsi. Soal legalitas kejuaraan tersebut merupakan interen ke dalam, karena pertandingan tinju tersebut merupakan bagian dari Porkab Nabire," katanya.
Menurut Carol, yang menjadi pemicu dari peristiwa yang menggenaskan itu adalah membludaknya sejumlah penonton atau warga saat Bupati Kabupaten Nabire Isaias Douw menginstruksikan untuk menggratiskan tiket masuk. Dia mengatakan ada sejumlah oknum warga yang dipengaruhi minuman keras (miras) ikut masuk yang hendak bertemu dengan bupati.