REPUBLIKA.CO.ID, BANGKA -- Menteri Negara Riset dan Teknologi, Gusti Muhammad Hatta menilai, sebagian masyarakat Indonesia belum siap dengan teknologi nuklir.
Pendapat Gusti sejalan dengan penolakan masyarakat atas dibangunnya pembangkit listrik tenaga nuklir di beberapa wilayah. Padahal, Gusti melanjutkan, satu gram uranium bisa menghasilkan listrik sebesar satu megawatt.
Selama ini, pemanfaatan uranium masih sangat terbatas. Listrik dihasilkan dari pembakaran ribuan kilogram batu bara. Dampaknya tentu saja pencemaran lingkungan.
"Dari hasil penelitian, lebih pas dibangun PLTN di Bangka Belitung. Sumbernya banyak (uranium) dan aman dari gempa bumi dan tsunami," ujarnya saat memberikan ceramah umum di Hotel Aston, Bangka Tengah, Senin (15/4).
Gusti memang dikenal sebagai menteri yang secara terbuka menyatakan dukungannya bagi pembangunan PLTN.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, tahun ini merupakan tahun terakhir studi kelayakan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir di Pulau Bangka. Ia berharap akhir tahun atau awal tahun laporan bisa disampaikan ke pemerintah pusat dan masyarakat.
"Setiap tahun kami melakukan jajak pendapat secara nasional untuk mengetahui pandangan masyarakat," ujarnya saat ditemui di kesempatan yang sama.
Sebelum terjadi ledakan di reaktor Fukushima, Jepang, masyarakat yang pro nuklir hampir 60 persen. Setelah kejadian Fukushima pada 2011, jumlahnya turun di bawah 50 persen. Tahun lalu, kembali naik menjadi 52,9 persen. Batan, lanjutnya, selalu melakukan sosialisasi mengenai nuklir kepada masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mereka.