REPUBLIKA.CO.ID,BANDARLAMPUNG--Pendirian dan pembuatan patung tokoh di Lampung kembali memicu komentar, kritik dan kontroversi dari berbagai pihak di daerah ini.
Sejumlah warga dari berbagai kalangan di Bandarlampung, Jumat, mengomentari secara kritis pendirian patung Raden Inten II, tokoh pahlawan Lampung, di salah satu bagian kota tepat di Jalan Raden Intan pusat Kota Bandarlampung, serta pendirian patung tokoh Lampung lainnya di daerahnya ini.
Menurut informasi, pembangunan patung itu tidak menggunakan dana pemerintah (APBD), melainkan merupakan sumbangan pengusaha daerah ini yang mencapai sekitar Rp 200 juta.
Patung Raden Inten II yang lama, selama ini dikenal dan telah berdiri di kawasan pertigaan Jalan Soekarno-Hatta di Rajabasa, Bandarlampung, dan telah menjadi penanda utama (ikon) ibu kota Provinsi Lampung ini.
Namun komentar kritis dan kontroversi mencuat kembali, menyusul pendirian patung Zainal Abidin Pagaralam, tokoh Lampung yang pernah menjadi Gubernur Lampung di jalan lintas Sumatera Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan dengan dana mencapai miliaran rupiah.
Patung itu kemudian diprotes sekelompok warga dan akhirnya dibakar dan dirobohkan secara paksa, beberapa waktu lalu.
Zainal Abidin Pagaralam adalah orang tua dari Gubernur Lampung saat ini, Sjachroedin ZP, dan kakek dari Bupati Lampung Selatan, Rycko Menoza.
Sejumlah warga Bandarlampung mempertanyakan program pendirian patung di jalan-jalan utama daerahnya, kendati tidak menggunakan dana APBD, umumnya menilai tidak sepantasnya dilakukan oleh pemimpin kota ini yang seharusnya bersikap bijaksana dan peduli dengan permasalahan warganya.
Beberapa tokoh dan sejumlah kalangan mengingatkan, masih banyak program pembangunan yang seharusnya dapat diprioritaskan dan sangat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat banyak di sini.
Syarif, salah satu warga menyebutkan seharusnya Pemkot Bandarlampung memprioritaskan perbaikan kerusakan jalan utama dan jalan-jalan ke permukiman warga yang semakin parah kondisinya.
Upaya perbaikan yang dilakukan selama ini dinilai belum maksimal dan tidak optimal, karena kerusakan jalan-jalan itu relatif belum tertangani dengan baik.
Sejumlah warga di Sukarame dan Wayhalim, Bandarlampung menyebutkan, kerusakan jalan di perempatan simpang Jalan Urip Sumoharjo dan Jl Endro Suratmin menuju Kampus IAIN Raden Intan, hingga kini belum tertangani dengan baik.
Padahal menurut mereka, di sekitar jalan itu merupakan rumah tinggal beberapa pejabat Pemkot dan pimpinan serta anggota DPRD Bandarlampung.
Begitu pula kerusakan jalan masuk dari kawasan jalan lintas Sumatera di Kalibalok menuju Sukabumi, hingga kini belum diperbaiki dan dikeluhkan pengguna jalan sangat mengganggu kelancaran arus lalu lintas kendaraan bermotor, serta mengancam keselamatan pengguna kendaraan khususnya sepeda motor dan warga di sekitarnya.