REPUBLIKA.CO.ID, PEKANBARU---Budayawan Riau, Al Azhar, menyatakan prihatin terhadap minimnya perhatian pemerintah daerah untuk menyelamatkan peninggalan bersejarah di Provinsi Riau yang banyak terbengkalai. "Pemerintah daerah harus cepat mengidentifikasi peninggalan bersejarah sebelum barang itu menjadi komoditas dan diperdagangkan ke luar negeri," kata Al Azhar.
Ia mencontohkan, adanya peninggalan Kerajaan Sangar di Semenanjung Kampar, Kabupaten Pelalawan, yang hingga kini masih belum diperhatikan. Padahal, kerajaan tersebut diperkirakan lebih tua usianya dibandingkan dengan usia Kerajaan Pelalawan yang terkenal pada abad 17 M.
Menurut dia, peninggalan Kerajaan Sangar sudah cukup banyak ditemukan oleh warga setempat, seperti gerabah dan kini disimpan oleh warga. "Pemerintah harus menjelajahi dan menelusuri peninggalan bersejarah itu secara akademis dan melindunginya," ujar Al Azhar.
Dia juga mengaku prihatin dengan maraknya penjualan benda bersejarah di Kabupaten Kepualauan Meranti. Ia menilai pemerintah daerah setempat kurang serius untuk melindungi benda bersejarah itu, bahkan sebuah museum saja belum tersedia.
Minimnya perhatian pemerintah daerah untuk melindungi peninggalan bersejarah dampaknya bisa dilihat dari banyaknya kitab Melayu kuno dari daerah pesisir Riau yang kini sudah diperjualbelikan ke luar negeri.
Bahkan, dia mensinyalir banyak kitab Melayu kuno dari Riau justru banyak tersimpan di museum di Malaysia.
Hal tersebut merupakan kerugian besar bagi masyarakat Riau, secara keseluruhan juga kerugian bagi Indonesia.