Senin 01 Dec 2025 18:23 WIB

Dari Dapur hingga Distribusi, SPPG Memastikan Keamanan dan Kualitas Gizi

Semuanya wajib mengikuti aturan higienitas dan mengikuti SOP yang sudah dibangun BGN.

Rep: Wulan Intandari/ Red: Mas Alamil Huda
Petugas dapur makan bergizi gratis (MBG) menunjukkan prosedur standar penggunanan pakaian di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polres Batang di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Sabtu (1/11/2025).
Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Petugas dapur makan bergizi gratis (MBG) menunjukkan prosedur standar penggunanan pakaian di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Polres Batang di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Sabtu (1/11/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Margomulyo menjadi salah satu dapur yang bekerja di balik penyelenggaraan Program Makan Bergizi (MBG) di Kecamatan Seyegan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Dari tempat ini, ribuan porsi makanan untuk anak-anak sekolah hingga ibu hamil dan menyusui disiapkan.

Setidaknya SPPG Margomulyo menyiapkan 3.755 porsi untuk anak di 25 sekolah, dan setiap hari Senin bertambah 207 porsi untuk ibu hamil dan menyusui. Bukan hanya soal jumlah, SPPG Margomulyo memegang prinsip bahwa keamanan pangan menjadi prioritas utama yang tak bisa ditawar, baik mulai dari bahan baku hingga proses pendistribusiannya sampai ke tangan siswa.

Baca Juga

Kepala SPPG Margomulyo Seyegan, Joni Prasetyo, memastikan proses penjagaan keamanan pangan dilakukan dari hulu ke hilir. Setiap bahan baku yang datang harus melalui pengecekan ketat. Prinsip itu menjadi standar dasar bahwa kualitas bahan baku menentukan kualitas makanan yang akan diolah.

Setelah dinyatakan layak, Joni menjelaskan, proses berikutnya berada di tangan para relawan yang bekerja mengikuti SOP yang ketat, mulai dari pengolahan, pemorsian, hingga pengiriman Makan Bergizi Gratis (MBG) ke berbagai sekolah. "Jadi untuk penerimaan bahan baku mulai supplier itu datang, kami cek untuk kualitas barangnya. Ketika kualitas itu jelek, ya akan kita kembalikan. Lebih baik kami itu marah-marah di awal daripada kami itu meminta maaf di akhir," katanya saat diwawancara Republika, beberapa waktu lalu.

Joni menyampaikan, SPPG Margomulyo memiliki 52 pekerja yang terdiri dari 47 relawan dapur, 3 staf kantor, dan 2 keamanan. Semuanya wajib mengikuti aturan higienitas dan mengikuti SOP yang sudah dibangun BGN, mulai dari teknik memotong, waktu memasak, hingga pemilahan alat untuk mencegah kontaminasi silang. Semua aktivitas di SPPG juga diawasi 24 jam oleh CCTV, sehingga setiap langkah yang dilakukan bisa dipantau dan dievaluasi. Dapur juga diawasi oleh ahli sanitasi khusus untuk memastikan semua proses yang berlangsung sesuai standar.

"Ketika mereka berangkat ke SPPG, mereka harus membawa baju ganti. Itu salah satu SOP yang kami terapkan untuk menjaga higienitas dari sisi para pekerja SPPG," ungkap Joni.

Terkait proses pengolahan MBG yang berlangsung, Joni menceritakan, setelah bahan baku yang didrop oleh suplier dinyatakan layak, bahan baku dibawa ke ruang pencucian. Di sini standar yang diterapkan juga tidak main-main, sayur dan buah dicuci dengan air mengalir, beberapa direndam air garam, dan seluruh proses menggunakan air mineral galon untuk memastikan tidak ada kontaminasi mikroba seperti Ecoli. Tahapan ini harus dilakukan berurutan, tidak boleh ada satu langkah yang terlewat.

Kemudian proses berlanjut ke tahap pemotongan dan pengolahan. Joni mengatakan, pihaknya melibatkan ahli gizi lulusan UGM untuk memberikan takaran bahan dan metode masak yang ideal agar nutrisi tetap utuh. "Beberapa tahapan tidak boleh terlewat," katanya.

Selesai dimasak, makanan pun tidak langsung dikemas. Ini jadi salah satu bagian penting yang jarang diketahui publik. Joni mengungkap, cara mengemas juga akan mempengaruhi seberapa lama tingkat ketahanan makanan program MBG ini. Pendinginan alami ini mencegah uap panas menimbulkan embun yang membuat makanan cepat basi. "Kami pastikan makanan itu masuk dalam ompreng dalam kondisi dingin. Kami dinginkan di suhu ruang," ujar Joni.

Setelah suhu sesuai, baru kemudian tim pemorsian bergerak. Ahli gizi menyiapkan sampel porsi yang dijadikan acuan untuk menakar jumlah sayur, lauk, dan nasi. Semuanya harus seragam. Joni menyebut para pekerja di SPPG-nya tinggal mengikuti contoh tersebut, sehingga tidak ada sekolah yang menerima porsi lebih kecil atau lebih besar dari standar.

 

Para pekerja menyiapkan Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Dapur Makan Bergizi Gratis Kebayunan, Tapos, Depok, Jawa Barat, Senin (6/1/2025).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement