REPUBLIKA.CO.ID, Program Makan Bergizi Gratis (MBG) telah resmi dimulai secara bertahap sejak Januari 2025. MBG tidak hanya disediakan untuk siswa sekolah mulai dari tingkat PAUD hingga SMA/SMK, tapi juga ibu hamil dan menyusui. Hingga akhir November 2025, sudah terdapat 44 juta penerima manfaat MBG dari target 82,9 juta penerima.
Galang Restu Prasetyo (16 tahun), siswa kelas XI di SMKN 4 Semarang, memuji program MBG yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Dia mengatakan, MBG mulai dilaksanakan di sekolahnya sekitar enam bulan lalu. “Program MBG ini menarik karena dapat memenuhi kebutuhan gizi siswa di sekolah, yang mungkin mereka kurang uang saku atau tidak pernah membawa bekal,” ucap Galang ketika diwawancara Republika, Kamis (27/11/2025).
Menurut Galang, pelaksanaan MBG di sekolahnya sudah cukup baik. “Menunya bervariasi, sehingga para siswa tidak bosan untuk memakan MBG. Untuk karbonya, misalnya, pasti dalam satu minggu itu ganti-ganti; kadang nasi, kentang, dan lainnya. Lauknya juga bervariasi,” ujarnya.
Sebelum ada MBG, Galang mengaku sudah terbiasa sarapan di rumah. Kebiasaan itu masih tetap dijalaninya. “Tapi karena sekarang ada program MBG, saya bisa lebih menghemat uang untuk bisa ditabung,” katanya.
Meski pelaksanaannya dinilai sudah cukup baik, Galang berpendapat, tetap ada ruang untuk peningkatan program MBG. Terkait hal itu, dia menyinggung tentang kasus dugaan keracunan yang sempat terjadi di sejumlah wilayah di Tanah Air.
“Menurut saya, yang perlu diperbaiki dari kasus (dugaan keracunan) tersebut adalah dari dapurnya. Karena kesterilan dari dapur MBG tersebut mungkin belum baik. Para pekerjanya harus lebih steril lagi,” ucap Galang.
Berbeda dengan Galang, Risma Ayu Rahmawati (15 tahun), siswi kelas X di SMKN 7 Semarang, mengaku baru menikmati program MBG selama hampir dua bulan terakhir. Dia mengatakan, sejauh ini pelaksanaan MBG di sekolahnya tak mengalami kendala atau menghadapi isu apapun. Risma justru menyoroti teman-temannya yang terkadang menunda-nunda untuk segera mengambil jatah MBG.
“Anak-anak itu sering, misalnya, disuruh ambil MBG jam 7 pagi. Tapi mereka itu tidak buka grup (perpesanan instan) sampai jam 9 atau jam 10 pagi. Jadi nanti makanannya kurang fresh,” ucap Risma.
Risma mengungkapkan, setelah menerima jatah MBG, biasanya para siswa akan langsung dipersilakan untuk menyantapnya tanpa perlu menunggu waktu istirahat. Menurut Risma, menu MBG yang disajikan memang selalu beragam setiap pekannya. Kendati demikian, dia mengakui, ada beberapa momen lauk-pauk MBG terasa kurang gurih. “Tapi sejauh ini pelaksanaannya di sekolah baik-baik saja,” ujarnya.
Meski baru sekitar dua bulan menerima MBG, Risma mempunyai saran yang ingin disampaikan kepada pemerintah. Dia meminta agar porsi protein dalam MBG bisa ditingkatkan. Menurutnya, hal itu akan lebih bermanfaat bagi para siswa. “Karena saya lihat protein atau dagingnya terkadang sedikit. Jadi ke depan mungkin bisa lebih seimbang antara karbohidrat dan proteinnya,” kata Risma.