REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Seorang senator Australia yang sedang mengkampanyekan pelarangan nasional burqa pada Selasa (25/11/2025) disanksi tak boleh hadir di parlemen selama setahun. Pauline Hanson (71) pemimpin dari Partai One Nation yang dikenal dengan kebijakan anti-Muslim dan anti-imigrasi, dituduh melakukan aksi tak hormat pada Senin (24/11/2025) saat ia berjalan di ruang senat mengenakan burqa sebagai simbol protes terhadap senator lain yang tidak mendukung rancangan undang-undang pelarangan burqa di Australia.
Pada Senin itu juga Pauline langsung dijatuhkan sanksi. Tanpa ada permintaan maaf dari Pauline, senat kemudian meloloskan keputusan sanksi terberat untuk seorang senator dalam beberapa dekade terakhir.
Pauline dilarang menghadiri sidang senat selama tujuh kali berturut-turut. Pauline kemudian mengatakan kepada wartawan bahwa dia akan dinilai oleh pemilih pada pemilu selanjutnya pada 2028, bukan oleh rekan-rekannya di senat.
"Mereka tidak ingin melarang burqa, namun mereka melarang hak saya untuk mengenakannya di ruang parlemen. Tidak ada aturan pakaian di parlemen, namun saya tidak boleh mengenakannya (burqa). Sehingga bagi saya, itu adalah kemunafikan," ujar Pauline, dilansir the New Arab.
Pauline Hanson, yang berpidato di Konferensi Aksi Politik Konservatif di Florida, bulan ini, pernah memicu amarah pada 2017 saat dia mengenakan burqa di ruang senat untuk aksi protes serupa. Saat itu dia tidak dijatuhi sanksi.
Pemimpin Senat Australia, Penny Wong, yang bukan seorang Muslim, menjadi penggerak keputusan sanksi terhadap Pauline. Wong mengatakan, dengan mengenakan burqa, Pauline telah "mengolok dan memfitnah sebuah iman" yang diimani oleh hampir satu juta warga Australia dari total populasi 28 juta orang.
"Peragaan busana yang penuh kebencian dan dangkal Senator Hanson dan Saya percaya itu membuat Australia lemah, dan itu juga memiliki konsekuensi kejam terhadap banyak dari kalangan paling rentan, termasuk di sekolah-sekolah," kata Wong.
Di Senat Australia, ada dua senator Muslim yakni, Mehreen Faruqi dan Fatima Payman. Faruqi menilai sanksi terhadap Pauline menjadi awal dari bagaimana senat berhadapan dengan rasisme sistemik dan struktural di Australia.
Adapun Payman, yang mengenakan hijab, tidak berbicara di senat pada Selasa. Namun, pada Senin dia mengatakan bahwa aksi Pauline tercelat dan memalukan.
Pauline Hanson terkenal atas pandangannya atas ras sejak pidato pertamanya di Parlemen Australia pada 1996, yang mana saat itu dia mengatakan, Australia "dalam bahaya kebanjiran warga Asia" akibat dari kebijakan imigrasi non-diskriminasinya.
View this post on Instagram