Jumat 14 Nov 2025 13:54 WIB

Sepekan Ledakan di Masjid Sekolah SMAN 72, Ini Sejumlah Hal yang Belum Terungkap

Terduga pelaku merupakan siswa SMAN 72 kelas 12.

Aparat Brimob berjaga di depan gerbang SMAN 72 Jakarta, Jumat (7/11/2025) setelah terjadinya ledakan di dalam gedung sekolah negeri itu.
Foto: Stevy Maradona/Republika
Aparat Brimob berjaga di depan gerbang SMAN 72 Jakarta, Jumat (7/11/2025) setelah terjadinya ledakan di dalam gedung sekolah negeri itu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepekan sudah tragedi ledakan di SMAN 72 Kelapa Gading, Jakarta, Jumat. Ledakan yang terjadi di dalam masjid sekolah, Jumat (7/11/2025) itu mengejutkan semua pihak. Tidak ada siswa yang jadi korban jiwa, namun puluhan siswa yang sedang bersiap beribadah shalat Jumat mengalami luka-luka, luka berat maupun ringan. Polisi sudah mengetahui terduga pelaku, yang juga jadi korban ledakan tersebut, yaitu siswa sekolah itu juga.

Selama sepekan pengusutan ledakan, ada sejumlah hal yang belum terungkap atau diungkap oleh aparat ke publik. Berikut rangkumannya dari penelusuran jurnalis Republika Online:

  1. Motif. Meski polisi menyebut pelaku merasa kesepian dan tidak memiliki tempat curhat, termasuk di keluarga dan sekolah, penyidik belum bisa menyimpulkan itu motif utama. Pemeriksaan orang tua pelaku masih berproses, dan dugaan pengaruh media sosial atau tontonan kekerasan seperti yang disebut Gubernur Jakarta Pramono Anung masih didalami.
  2. Keterlibatan Pihak Lain. Polisi menyatakan pelaku bertindak mandiri tanpa afiliasi teroris, tapi pemerhati anak menyoroti kejanggalan bagaimana siswa bisa merakit bom rumit dengan sistem remote. Apakah ada bantuan dari orang dewasa atau kelompok tertentu belum terungkap, meski pelaku disebut belajar dari internet dan dark web.
  3. Sumber Bahan Peledak. Pelaku yang merupakan penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP) diduga membeli bahan bom sendiri, tapi harga material yang mahal menimbulkan tanda tanya. Polisi belum merinci asal-usul bahan tersebut dan apakah ada pihak yang memfasilitasi pembelian.
  4. Hasil Digital Forensik Pemeriksaan ponsel, CCTV, dan aktivitas online pelaku, termasuk kunjungan ke situs dark web, menurut polisi masih berlangsung. Densus 88 Antiteror terlibat, tapi hasil lengkap belum diumumkan, termasuk benarkah terduga pelaku mendapat inspirasi dari tokoh kekerasan dunia.
  5. Adanya Bullying. Siswa dan guru SMAN 72 sudah membantah adanya perundungan, tapi polisi masih mendalami kemungkinan ini sebagai pemicu. Temuan jejak tulisan dan gambar yang menggambarkan ketidaksukaan pelaku juga belum dijelaskan secara detail, termasuk apakah itu indikasi tekanan dari lingkungan sekolah atau tempat tinggal.
  6. Lokasi. Polisi belum mengungkap mengapa terduga pelaku harus meledakkan bom rakitannya di dalam masjid. Mengapa pelaku secara spesifik memilih masjid dan sekitar masjid. Pelaku meletakkan bom rakitan di ruang utama masjid, dekat pilar, di dalam tas.

Artikel ini dibuat dengan bantuan akal imitasi (AI) dan sudah melewati proses penyuntingan redaksi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement