REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Polisi sudah menetapkan tersangka pelaku peledakan di masjid SMAN 72 yang terjadi sepekan lalu. Pelaku diduga siswa sekolah itu sendiri. Saat ini pelaku dirawat di RS Polri Kramat Jati. Polisi masih terus mengorek keterangan dari pelaku, terkait motif, mengapa memilih masjid, asal usul bahan peledak.
Satu hal yang mencuat sejak awal peristiwa Jumat (7/11/2025) adalah apa yang mendorong pelaku melakukan hal tersebut. Langsung muncul dugaan kuat bahwa pelaku korban perundungan atau bullying. Sejumlah jurnalis Republika Online yang turun ke lapangan sempat mewawancarai beberapa siswa terkait foto yang beredar di sosial media, terduga pelaku, maupun kemungkinan motif.
Republika juga sempat ditunjukkan ponsel siswa yang berisi percakapan para siswa di grup Whatsapp internal di momen ledakan tersebut. Di situ memang ada beberapa siswa yang mengomentari mengapa hal tersebut bisa terjadi, dan siapa pelaku nya. Ada salah satu komentar yang menyatakan, "Itu karena korban bully...". Kemudian ada juga siswa berkomentar lain: "itu memang mentalnya sudah nggak kuat dia".
Namun dalam wawancara terpisah, dengan beberapa siswa yang mengaku rekan sekelas pelaku, didapat keterangan yang berbeda. Rekan sekelas mengatakan mereka mengenal siswa yang terkapar di foto yang beredar di sosmed itu. Mereka juga mengiyakan bahwa siswa itu rekan sekelas mereka.
Ketika ditanya apakah terduga pelaku itu korban perundungan, seluruh siswa yang mengaku sekelas dengan yang bersangkutan membantah. Mereka mengatakan yang bersangkutan nyaris tidak pernah bersosialisasi dengan rekan sekelasnya. Yang bersangkutan duduk diam, dan kerap menggambar di buku gambar dengan pensil.
Apa yang digambar? Rekan sekelasnya tidak menyebut gambar tertentu, tapi hanya mengatakan gambar berdarah-darah dan menyeramkan. Karena ini, maka beberapa siswa mengeklaim mereka justru tidak berani menyapa yang bersangkutan di kelas.
Mereka menekankan yang bersangkutan tertutup dan tidak pernah berkata-kata selama jam pelajaran, kecuali kalau ditanya guru, itupun dijawab singkat. Begitupun saat waktu istirahat di kantin. Yang bersangkutan memang ikut turun, tapi duduk terpisah dan tidak mengobrol dengan siswa lainnya.
Salah satu siswa yang kenal sejak kelas 10 mengatakan ada perubahan sikap yang bersangkutan di kelas 11. Dari tadinya di kelas 10 ia terlihat seperti siswa normal lainnya, ikut nimbrung, namun di kelas 11 dan 12 berubah menjadi amat pendiam dan nyaris tidak bersosialisasi.
Ketika ditanya apa penyebab perubahan itu, rekan sekelas menjawab tidak tahu menahu. Namun mereka mengetahui informasi bahwa orang tua yang bersangkutan berpisah.