Sabtu 08 Nov 2025 16:02 WIB

Lampung Gagas Lima Strategi Jadikan Budaya Napas Pembangunan Daerah

Lampung perkuat ekosistem budaya daerah lewat lima strategi

Jihan Nurlela
Foto: Tangkapan layar
Jihan Nurlela

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Gubernur (Wagub) Lampung, Jihan Nurlela, mengumumkan komitmen serius pemerintah provinsi untuk memperkuat ekosistem kebudayaan daerah melalui lima strategi utama yang akan segera diterapkan.

"Kebudayaan bukan sekadar warisan, tetapi harus menjadi napas pembangunan daerah. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi Lampung berkomitmen memperkuat ekosistem budaya melalui lima strategi utama," ujar Jihan Nurlela dalam keterangannya di Bandarlampung, Sabtu (8/11/2025).

Baca Juga

Ia merinci, lima strategi tersebut meliputi digitalisasi dan pendataan objek pemajuan kebudayaan (OPK) melalui platform "Lampung Culture Data", agar data kebudayaan bisa diakses publik secara luas. Selain itu, pemerintah juga mendorong terwujudnya pendidikan dan regenerasi pelaku budaya untuk menarik minat generasi muda dalam mengembangkan seni tradisi.

Strategi berikutnya adalah penguatan ekosistem kreatif dan pasar budaya, agar kebudayaan tidak berhenti di tataran seremonial, tetapi menjadi sumber pemberdayaan ekonomi masyarakat. Kolaborasi komunitas dan diplomasi budaya juga ditingkatkan, termasuk penyelenggaraan Krakatau Festival (K-Fest) sebagai agenda nasional yang memadukan unsur budaya, musik, dan kuliner.

Terakhir, menghadirkan tata kelola dan pemberdayaan berkelanjutan melalui integrasi kebijakan kebudayaan ke dalam RPJMD dan RKPD, serta dukungan program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari dunia usaha.

Komitmen ini diperkuat dengan landasan hukum yang kokoh. Pemerintah Provinsi Lampung telah memiliki Perda Nomor 11 Tahun 2024 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan, yang merupakan turunan dari amanat UUD 1945 Pasal 32 ayat (1), serta UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan dan UU Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

Menurut Jihan, budaya inklusif bukan hanya soal pelestarian, melainkan berfungsi sebagai jembatan yang mempererat persatuan. Lampung menjadi contoh nyata penerapan budaya yang inklusif tersebut. Selain itu, ia menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dalam mempromosikan budaya daerah agar tidak tertinggal dari bangsa lain.

"Dulu saya tidak pernah membayangkan bisa hafal lagu Korea. Tapi sekarang budaya mereka dikenal di seluruh dunia karena memanfaatkan teknologi. Tantangannya, apakah kita mau menjadi influencer budaya kita sendiri, atau hanya jadi penonton," ungkapnya, memotivasi audiens.

Ia melanjutkan, Provinsi Lampung adalah daerah yang sempurna mencerminkan keberagaman sekaligus harmoni sosial yang tercipta di dalamnya.

Di Lampung, masyarakat suku Jawa justru menjadi kelompok mayoritas jika dibandingkan dengan masyarakat asli suku Lampung. Namun, semua hidup berdampingan dengan rukun.

Bukti nyata budaya inklusif terwujud melalui akulturasi budaya, seperti kehadiran Wayang Sekelik, yang merupakan hasil perpaduan antara budaya suku Lampung dan suku Jawa. Kini, wayang sangat diterima masyarakat Lampung, bahkan banyak desa pribumi yang antusias menggelar pertunjukan wayang kulit.

Penerimaan budaya luar di Lampung tidak lepas dari falsafah hidup masyarakat Lampung, yaitu piil pesenggiri. Falsafah ini mengandung nilai-nilai nemui nyimah (saling memberi), nengah nyappur (bersosialisasi), sakai sambayan (gotong royong), dan bejuluk beadek (memiliki gelar/identitas). Nilai-nilai inilah yang menumbuhkan sikap terbuka dan menghargai keberagaman.

“Falsafah piil pesenggiri inilah yang membuat masyarakat Lampung mudah beradaptasi dan menerima budaya dari luar tanpa kehilangan jati dirinya,” tutup Jihan.

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement