REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta berencana menaikkan tarif Transjakarta yang tidak pernah mengalami kenaikan sejak 20 tahun terakhir. Namun, hingga saat ini belum ada kepastian besaran tarif Transjakarta setelah mengalami kenaikan.
Gubernur Jakarta Pramono Anung mengatakan, pihaknya masih terus melakukan kajian terkait rencana kenaikan tarif Transjakarta. Namun, ia mengaku belum sepenuhnya memastikan akan menaikkan tarif Transjakarta atau tidak.
"Saudara-saudara sekalian, kan pada waktu itu sedang dikaji. Dalam pengkajian itu, apakah nanti diputuskan naik atau tidak, saya akan memutuskan pada saat yang tepat, naik atau tidak. Kan, enggak harus naik," kata dia di Balai Kota Jakarta, Rabu (5/11/2025).
Menurut dia, Pemprov Jakarta belum tentu akan menaikkan tarif Transjakarta, yang saat ini Rp 3.500 per penumpang. Ia menyatakan, pihaknya akan memutuskan hal itu pada waktu yang tepat.
"Naik atau tidak, saya akan putuskan pada saat yang tepat," ujar Pramono.
Sebelumnya, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jakarta Syafrin Liputo, mengaku masih belum bisa memastikan besarannya. Yang bisa dipastikan, sampai saat ini tarif Transjakarta masih Rp 3.500 per penumpang.
"Kami terus melakukan kajian dan memang sebagaimana dipahami bahwa dengan tarif Rp3.500 saat ini, cost recovery tarif tersebut dengan biaya operasional Transjakarta itu hanya di 14 persen. Begitu ada pemotongan DBH, tentu ini berpengaruh terhadap kapasitas fiskal Jakarta," kata dia.
Karena itu, Pemprov Jakarta perlu melakukan penyesuaian tarif Transjakarta. Apalagi, tarif layanan transportasi serupa di daerah penyangga saat ini rata-rata sudah Rp 5.000 per penumpang.
"Begitu Rp 5.000 sekali naik, tidak secara jaringan. Begitu berpindah angkot, bayar lagi. Tapi di Jakarta Rp3.500 mencakup 91,8 persen jumlah populasi Jakarta yang dilayani," kata dia.
View this post on Instagram