REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pengacara militer senior Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengundurkan diri setelah mengakui bahwa ia menyetujui kebocoran video yang diduga memperlihatkan tentara Israel menyiksa seorang tahanan Palestina di sebuah pangkalan militer.
Mayor Jenderal Yifat Tomer-Yerushalmi mengumumkan pengunduran dirinya pada Jumat (31/10/2025). Ia mengonfirmasi telah mengizinkan perilisan rekaman pengawasan dari Sde Teiman di dekat perbatasan Gaza, yang juga berfungsi sebagai tempat penahanan.
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
Video yang direkam pada awal Juli 2024 tersebut memperlihatkan tentara membawa seorang tahanan terbaring telungkup, lalu mengelilinginya dengan perisai antihuru hara untuk menghalangi pandangan saat mereka diduga melakukan penyiksaan.
Pria itu kemudian dibawa untuk dirawat karena luka parah. Klip yang bocor tersebut ditayangkan oleh stasiun berita Channel 12 Israel pada bulan Agustus.
Dalam surat pengunduran dirinya yang diterbitkan oleh The Times of Israel pada Jumat, Tomer-Yerushalmi mengatakan ia menyetujui perilisan tersebut untuk melawan propaganda palsu yang ditujukan kepada otoritas penegak hukum militer.
Ia menulis bahwa meskipun mereka yang ditahan di Sde Teiman adalah pelaku teror (versi Israel) hal itu tidak mengurangi kewajiban untuk menyelidiki ketika terdapat kecurigaan akan adanya kekerasan terhadap seorang tahanan."
Mengomentari pengunduran dirinya, Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan, siapa pun yang menyebarkan fitnah berdarah terhadap tentara IDF tidak layak mengenakan seragam miiter.
Setelah insiden Sde Teiman, lima prajurit cadangan didakwa dengan penganiayaan berat dan menyebabkan cedera fisik serius pada seorang tahanan, tuduhan yang telah mereka bantah.
Kasus ini memicu kemarahan di kalangan politisi koalisi dan aktivis sayap kanan. Puluhan pengunjuk rasa menyerbu pangkalan militer tersebut dalam upaya untuk menghalangi penangkapan.
Fasilitas tersebut, yang sebagian telah diubah menjadi kamp penahanan bagi warga Palestina dicurigai melakukan aktivitas militan, telah menghadapi tuduhan penyiksaan dan penganiayaan yang meluas.
Lebih dari 1.000 tahanan dari Gaza dilaporkan telah melewati pangkalan tersebut, termasuk orang-orang yang dituduh terlibat dalam serangan Hamas pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
Menurut otoritas kesehatan Gaza yang dikendalikan Hamas, aksi militer Israel telah menewaskan lebih dari 68.000 warga Palestina sejak saat itu.
Pengunduran diri ini semakin memperkuat pengawasan terhadap tindakan Israel di Gaza, karena kedua belah pihak menyatakan tetap berkomitmen pada gencatan senjata yang ditengahi AS.