REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ruang siber di sektor pendidikan jadi salah satu yang memiliki ancaman paling tinggi di dunia. Sebab itu, penting bagi para mahasiswa untuk memahaminya agar dapat terhindar dari ancaman-ancaman yang ada.
Hal tersebut menjadi salah satu pembahasan dalam Seminar Wisuda Universitas Terbuka (UT) Tahun Akademik 2025/2026 Ganjil Wilayah 1 di Tangerang Selatan, Senin (27/10/2025).
Tidak ada kode iklan yang tersedia.
“Ancaman siber di sektor pendidikan paling tinggi. Bahkan di seluruh dunia,” ujar Deputi Bidang Strategi dan Kebijakan Keamanan Siber dan Sandi BSSN, Marsekal Muda TNI R Tjahjo Khurniawan.
Laporan terbaru dari Check Point Research menunjukkan peningkatan tajam dalam serangan siber global pada kuartal kedua tahun 2025. Kata dia, sektor pendidikan jadi target utama.
Sebab itu, menurut Tjahjo, literasi digital dan keamanan siber sangat penting untuk diketahui oleh institusi kampus dan juga mahasiswa. Terlebih di UT yang memiliki lebih dari 700 ribu mahasiswa.
“Sehingga literasi digital dan keamanan siber sangat penting, tidak hanga ke institusi, tapi juga mahasiswa,” jelas Tjahjo.
Sejalan dengan itu, Rektor UT, Prof Ali Muktiyanto, memahami urgensi dari literasi keamanan siber. Menurut dia, hal itu semakin penting untuk dipahami pada era teknologi informasi yang semakin masif saat ini dan kemudian hari.
“Mahasiswa jadi sadar makna pentingnya tanggung jawab atas teknologi informasi, khususnya dalam memanfaatkan media yang semakin masif,” jelas Ali di sela seminar wisuda UT.
Seminar wisuda UT dihadiri oleh 1.306 peserta calon wisudawan dan merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Wisuda UT Tahun Akademik 2025/2026 Ganjil Wilayah 1.
Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Rahmat Budiman, menekankan, kegiatan ini menjadi momentum reflektif atas perjalanan panjang UT dalam membangun ekosistem pendidikan yang inklusif. Ia menyampaikan, inovasi kini bukan lagi sekadar pilihan.
“Melainkan kebutuhan agar pendidikan mampu menjawab dinamika zaman,” kata dia.