Kamis 23 Oct 2025 20:32 WIB

Tekan RI Bela Israel, Ini Rekam Jejak 'Standar Ganda' Komite Olimpiade Internasional

OIC melarang Rusia dan Belarusia dari Olimpiade Paris, tetapi meloloskan Israel.

Rep: Fitriyanto/ Red: A.Syalaby Ichsan
Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach berbicara pada pembukaan rapat dewan eksekutif IOC, di Olympic House di Lausanne, Swiss, 12 Juni 2024.
Foto: EPA-EFE/MARTIAL TREZZINI
Presiden Komite Olimpiade Internasional (IOC) Thomas Bach berbicara pada pembukaan rapat dewan eksekutif IOC, di Olympic House di Lausanne, Swiss, 12 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada Rabu (22/10/2025) menekan Indonesia dengan menangguhkan seluruh pembahasan terkait kemungkinan tawaran tuan rumah Olimpiade oleh Indonesia. OIC juga mendesak federasi olahraga internasional untuk tak menyelenggarakan ajang olahraga di Indonesia.

Kebijakan IOC diambil setelah Pemerintah RI secara resmi menolak pengajuan permohonan visa delegasi senam Israel yang hendak mengikuti Kejuaraan Dunia Senam Artistik di Jakarta pada pertengahan bulan ini. Penangguhan itu dinyatakan OIC akan berlaku sampai Indonesia memberikan jaminan tertulis semua atlet, tanpa memandang kewarganegaraan dapat berpartisipasi di kejuaraan pada masa mendatang. 

Baca Juga

“Semua atlet harus memiliki akses yang sama untuk berkompetisi di ajang olahraga internasional. Itu prinsip dasar Olimpiade,” demikian pernyataan IOC yang dikutip Reuters.

Sikap OIC mendapat sorotan dari publik olahraga. Terlebih, Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) sudah menolak dua upaya hukum yang diajukan Israel. Dalam salah satu pertimbangannya, CAS menegaskan, pihaknya  tak memiliki kewenangan yurisdiksi untuk mengintervensi penolakan visa pesenam Israel tersebut.

Akun IOC media yang mengumumkan sanksi untuk Indonesia tersebut pun mendapat beragam komentar bernada negatif dari warganet.

“Anda benar-benar melarang Rusia dan Belarus menghadiri Olimpiade.Tetapi ketika itu Israel, Anda ingin mulai memisahkan atlet dari negara. Jika seorang atlet memilih untuk bertanding untuk negara yang melakukan genosida, ia harus siap diperlakukan sebagai kaki tangan,”ujar akun Mamou. Warganet lainnya, Anas Al Kindi mengungkapkan, kebijakan OIC sebagai, “Makna sejati dari standar ganda.”

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement