REPUBLIKA.CO.ID, SAWAHLUNTO -- Sebanyak dua warisan budaya Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, yakni Kuda Kepang Sawahlunto dan Bakaru Nagari Kajai, ditetapkan Kementerian Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTbI) Tahun 2025 sehingga memperkuat identitas kultural daerah setempat.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan, Peninggalan Bersejarah, dan Permuseuman Kota Sawahlunto Syukri di Sawahlunto, Ahad, menyebutkan dengan penetapan tersebut, saat ini total warisan budaya Sawahlunto yang diakui secara nasional mencapai enam warisan.
"Tahun ini dua warisan kita kembali masuk daftar WBTbI, yaitu Kuda Kepang Sawahlunto dan Bakaru Nagari Kajai. Sebelumnya sudah ada Songket Silungkang (2019), Bahasa Tangsi (2020), Talempong Batuang (2023), dan Lomang Tungkek (2024),” katanya.
Kuda kepang Sawahlunto adalah bukti nyata indahnya akulturasi budaya yang menghasilkan warisan seni nan unik. Kesenian ini berasal dari budaya Jawa, yang dibawa oleh para perantau yang datang ke Sawahlunto untuk bekerja di tambang batu bara sejak zaman kolonial Belanda.
Tarian ini menampilkan sekelompok penari yang mengendarai kuda mainan dari anyaman bambu, diiringi musik gamelan yang khas. Berbeda dengan daerah asalnya, kuda kepang di kota "lumbung batu bara" ini telah menyatu dengan kearifan lokal Minangkabau.
Hasilnya, pertunjukan ini tidak hanya dinikmati oleh etnis Jawa, tetapi juga menjadi hiburan yang dirayakan oleh seluruh masyarakat Sawahlunto, termasuk etnis Minangkabau dan Batak.
Lebih dari sekadar tarian, kuda kepang Sawahlunto mencerminkan kisah harmonis tentang keberagaman yang hidup dan berkembang. Di balik irama gamelan yang dinamis, kesenian ini menyimpan sejarah panjang tentang para perantau yang berjuang dan kemudian menetap, membawa serta budayanya, dan pada akhirnya diterima sepenuhnya oleh masyarakat lokal.
Pada setiap pertunjukannya, kita bisa melihat perpaduan yang menarik antara gerakan-gerakan khas Jawa dengan suasana yang kental akan nuansa budaya Minangkabau. Keberhasilan kuda kepang beradaptasi di Sawahlunto ini menjadikannya tidak hanya sebagai warisan budaya nasional, tetapi juga sebagai simbol kerukunan antaretnis yang patut dibanggakan.