Sabtu 27 Sep 2025 04:15 WIB

Petani Tebu Blora Protes Penutupan Awal Pabrik Gula GMM

Puluhan petani tebu di Blora memprotes penutupan awal Pabrik Gula GMM yang merugikan mereka karena tanaman tebu belum sepenuhnya dipanen.

Rep: antara/ Red: antara
Petani tebu Blora protes PG GMM yang menutup giling lebih awal.
Foto: antara
Petani tebu Blora protes PG GMM yang menutup giling lebih awal.

REPUBLIKA.CO.ID, BLORA, – Puluhan petani tebu di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, memprotes kebijakan Pabrik Gula (PG) Gendhis Multi Manis (GMM) yang menutup penggilingan lebih awal karena merugikan mereka. Banyak tanaman tebu yang belum dipanen akibat penutupan ini.

Ketua Asosiasi Petani Tebu Republik Indonesia (APTRI) Blora, Sunoto, pada Jumat, mengatakan bahwa keputusan sepihak ini menyalahi kesepakatan awal dengan petani. Sejak awal giling, ada musyawarah dengan petani, sehingga penutupan pabrik juga seharusnya dimusyawarahkan.

Menurut Sunoto, banyak petani belum menyelesaikan panen karena faktor cuaca. Penutupan ini dapat menyebabkan hasil panen menjadi sia-sia. "Perkiraan baru bisa selesai tebang akhir Oktober. Kalau pabrik sudah tutup, tebu petani bisa sia-sia," ujarnya.

Sebelumnya, manajemen PG GMM mengumumkan bahwa penerimaan tebu terakhir hanya sampai Rabu (24/9) pukul 24:00 WIB akibat kerusakan mesin boiler. Pengumuman ini memicu protes dari sekitar 25–30 petani yang mendatangi pabrik pada Jumat (26/9) pagi untuk meminta penjelasan resmi.

"Kalau berhenti sekarang, kami bingung mau dikemanakan tebu yang masih ada. Biaya tanam sudah besar, jangan sampai tidak balik modal," keluh Winarsih, salah satu petani tebu dari desa sekitar pabrik.

Petani lainnya, Darmadi, menyoroti minimnya komunikasi dari manajemen. Dia berharap ada kepastian jika ada kendala sehingga bisa menyiapkan langkah lain.

Direktur Operasional PT GMM, Krisna Murtiyanto, menjelaskan bahwa kebocoran pipa pada kedua unit boiler tidak dapat diatasi dalam waktu singkat. Dengan kondisi ini, pihaknya sepakat menutup giling pada 25 September 2025, dengan penerimaan tebu terakhir pada 24 September pukul 24:00 WIB.

Pelaksana tugas Direktur Utama PT GMM, Sri Emilia Mudiyanti, menyatakan keputusan ini sangat berat. "Kami mohon maaf karena hasil panen petani belum bisa terserap maksimal. Keputusan ini sungguh di luar prediksi kami," ujarnya.

Sebagai antisipasi, PT GMM menyiapkan fasilitas crane untuk memindahkan tebu ke truk tronton serta jembatan timbang bagi petani yang hendak mengirim panennya ke pabrik gula lain. Hingga 24 September 2025, PG GMM baru menggiling 218.771,12 ton tebu atau 54,6 persen dari target 400.000 ton. Produksi Gula Kristal Putih (GKP) hanya mencapai 11.608,05 ton, sedangkan musim giling berhenti pada hari ke-112 dari target semula 150 hari.

Manajemen berjanji segera berkoordinasi dengan petani, Forkopimda, DPRD Blora, serta melaporkan kondisi teknis kerusakan ke Dewan Komisaris dan pemegang saham, yakni Perum BULOG dan PT Mandiri Pangan Sejahtera. Karena giling resmi dihentikan, PG GMM tidak lagi bisa membeli tebu petani yang tersisa. Perusahaan hanya memfasilitasi pengiriman tebu ke pabrik gula terdekat melalui mekanisme kontrak giling, terutama bagi petani skala besar.

Konten ini diolah dengan bantuan AI.

sumber : antara
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement