REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- KTT darurat para pemimpin Arab dan negara Islam yang digelar di Doha mengecam aksi Israel yang disebut 'pengecut' terhadap pemimpin Hamas di ibu kota Qatar. Namun para peserta tidak membuat janji untuk mengambil tindakan konkret.
Seperti dilaporkan Aljazirah, janji Dewan Kerja Sama Teluk (Gulf Cooperation Council/GCC) untuk mengaktifkan mekanisme pertahanan bersama mungkin menjadi hasil paling nyata dari KTT tersebut.
Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani dalam pernyataannya menyatakan pengeboman Israel sebagai tindakan yang terang-terangan, licik, dan pengecut.
Negara-negara GCC yang terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab telah membentuk pakta pertahanan untuk menangani masalah keamanan negara-negara anggotanya.
“Ibu kota negara saya menjadi sasaran serangan licik yang menargetkan sebuah kediaman keluarga pemimpin Hamas dan delegasi perunding mereka,” ujar Sheikh Tamim dalam pidato pembukaannya dilansir dari Aljazirah.
Para pemimpin Hamas sedang melakukan pertemuan untuk mendiskusikan proposal terbaru mengenai gencatan senjata di Gaza yang didukung oleh Amerika Serikat. Saat diskusi itu, Israel melancarkan pengeboman.
Sheikh Tamim menyebut perlu adanya langkah-langkah konkret untuk menghadapi gila kekuasaan, kesombongan, dan obsesi haus darah otoritas Israel.
"Serangan terhadap para mediator membuktikan bahwa Israel 'tidak memiliki minat tulus terhadap perdamaian' dan berupaya untuk menggagalkan perundingan guna mengakhiri perang di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 64.800 warga Palestina," katanya.
KTT darurat ini diselenggarakan setelah kemarahan melanda kawasan menyusul serangan Israel pada 9 September, yang menewaskan enam orang.
View this post on Instagram