REPUBLIKA.CO.ID, DOHA -- Gelombang kritik dan kekecewaan dari warganet dunia di media sosial mencuat merespons draf resolusi pertemuan dararut negara-negara Arab dan Islam di Doha, Qatar. Pertemuan yang berlangsung sejak Senin (15/9/2025) itu membahas respons terhadap serangan Israel ke Doha pekan lalu yang manargetkan petinggi Hamas.
Dilaporkan Arabi21 News dilansir Middle East Monitor, beberapa aktivis menilai pemilihan kata-kata dalam draf tidak sesuai dengan seriusnya situasi saat ini, dan juga tidak merefleksikan kemarahan yang meluas terhadap aksi serangan Israel terhadap Qatar. Banyak warganet di X menggambarkan pernyataan bersama itu lemah dan mengecewakan, dan menuntut posisi yang lebih kuat dan jelas terhadap serangan Israel.
Para warganet menekankan bahwa warga dunia mengharapkan keputusan praktis, bukan hanya pernyataan-pernyataan mengutuk Israel. Para aktivis di X juga menilai bahwa, draf resolusi Doha mengulang bahasa tradisional yang sama yang digunakan dalam KTT-KTT sebelumnya, padahal mereka yakin telah gagal untuk menghentikan atau menangkal pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan Israel.
Versi pembaruan dari draf resolusi diperkirakan akan didiskusikan dalam pertemuan pada Senin, yang menyatakan serangan Israel ke Doha pekan lalu, bersama dengan aksi lanjutannya, mengancam upaya untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan negara-negara Arab.
Draf resolusi itu menyebut: "Serangan Israel ke Qatar, dan berlanjutnya aksi agresif, termasuk genosida, pembersihan etnis, kelaparan, pemblokadean, pertumbuhan pendudukan dan kebijakan ekspansionis, mengancam prospek dari perdamaian dan koeksistensi di kawasan, dan menghancurkan semua yang telah dicapai menuju jalan normalisasi hubungan dengan Israel, termasuk yang sekarang dan perjanjian yang akan datang."