Selasa 09 Sep 2025 03:05 WIB

Kepala Perpusnas Tekankan Transformasi Perpustakaan pada Era Digital

Kecakapan literasi dibutuhkan pada era digital yang banjir informasi.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Endang Aminudin Aziz.
Foto: Republika.co.id
Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Endang Aminudin Aziz.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI, Endang Aminudin Aziz menekankan, pentingnya transformasi perpustakaan agar tetap relevan di tengah perkembangan teknologi yang begitu cepat. Terutama, kata dia, dengan perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang semakin pesar pada era digital.

"Tentu saja ini adalah tuntutan yang memang berkembang sesuai dengan zamannya ketika kita berbicara dengan kecakapan literasi. Kecakapan dan antisipasi apa yang kita perlukan dalam menghadapi perubahan yang begitu cepat di teknologi kecerdasan buatan," jelas Aminudin dalam webinar peringatan Hari Literasi Internasional 2025 bertema 'Penguatan Kecakapan Literasi di Era Digital' di Jakarta, Senin (8/9/2025).

Baca Juga

Menurut dia, kompleksitas kecakapan literasi akan selalu berkembang sesuai dengan peradaban dan perubahan zaman. Pada masa lampau, kata Aminuddin, masyarakat mengembangkan budaya baca dan tulis melalui berbagai macam media mulai dari batu, kulit, dan dengan beragam aksara sesuai kebutuhan zaman.

"Perpustakaan tidak boleh lagi dipandang sekadar tempat untuk menumpuk buku. Perpustakaan, pustakawan, dan pengelola perpustakaan secara keseluruhan harus berubah. Berubah dari kebiasaan-kebiasaan lama yang sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman," ujar Aminuddin.

Era digital, lanjut dia, menghadirkan peluang, tantangan, sekaligus ancaman. Dia berharap, seluruh pengelola kegiatan literasi yang terdiri pengelola perpustakaan, aktivis literasi, guru, orang tua, maupun pegiat masyarakat, saling bergandengan tangan menyusun strategi dengan program-program literasi yang mampu memberi ruang kreativitas bagi generasi masa kini.

"Sekali lagi saya nyatakan, tidak mungkin kita melayani pemustaka dengan cara-cara lama apalagi di tengah perubahan pesat ketika kecerdasan buatan berkembang begitu cepat. Momentum Hari Literasi Internasional ini harus menjadi gerakan untuk mengubah perspektif kita dalam melayani masyarakat, khususnya pemustaka yang sudah melek teknologi," tutur Aminuddin.

Kepala Pusat Analisis Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Baca, Nurhadisaputra menyampaikan, Hari Literasi Sedunia merupakan momentum pengingat bahwa literasi adalah hak asasi manusia (HAM). Selain itu, literasi merupakan fondasi pembangunan berkelanjutan dan pintu gerbang menuju keadilan sosial serta masyarakat yang damai dan inklusif.

"Dalam peringatan Hari literasi sedunia tahun 2025, UNESCO mengambil tema Mempromosikan Literasi di Era Digital. Tema yang sangat relevan karena dunia kini berada dalam era digital yang mengubah cara berpikir, belajar bekerja bersosialisasi bahkan memahami realitas," ujar Nurhadisaputra.

Pegiat literasi Maman Suherman, menyampaikan, kecakapan literasi dibutuhkan pada era digital yang banjir informasi, ketika kebenarannya belum tentu terjamin. "Penguatan kecakapan literasi harus menjadi jalan kemanusiaan untuk memanusiakan manusia yang tidak serampangan menyebarkan kebohongan, fitnah, dan adu domba."

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement