Rabu 03 Sep 2025 20:00 WIB

LBH Semarang Siap Bantu Selidiki Kejanggalan Meninggalnya Mahasiswa Unnes Iko Juliant Junior

Iko meninggal di RSUP Dr. Kariadi setelah mengalami pendarahan limpa.

Rep: Kamran Dikrama/ Red: Andri Saubani
Sejumlah peserta  menyalakan lilin dan meletakkan bunga saat aksi solidaritas meninggalnya mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes) Iko Juliant Junior di Unnes, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (2/9/2025). Aksi yang diikuti ratusan mahasiswa dan alumni gabungan sejumlah universitas di Kota Semarang dan sekitarnya itu untuk mendoakan Iko yang dinilai meninggal secara janggal, serta untuk mendoakan peserta aksi unjuk rasa di Indonesia yang mengalami luka-luka maupun meninggal dunia.
Foto: ANTARA FOTO/Aji Styawan
Sejumlah peserta menyalakan lilin dan meletakkan bunga saat aksi solidaritas meninggalnya mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang (Unnes) Iko Juliant Junior di Unnes, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (2/9/2025). Aksi yang diikuti ratusan mahasiswa dan alumni gabungan sejumlah universitas di Kota Semarang dan sekitarnya itu untuk mendoakan Iko yang dinilai meninggal secara janggal, serta untuk mendoakan peserta aksi unjuk rasa di Indonesia yang mengalami luka-luka maupun meninggal dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, Ahmad Syamsuddin Arief, mengatakan siap membantu keluarga almarhum Iko Juliant Junior untuk mendalami kejanggalan kematian mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Negeri Semarang (Unnes) tersebut. Iko meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Kariadi setelah mengalami pendarahan limpa.

"Kami terbuka untuk nantinya dari keluarga maupun FH Unnes untuk bisa berkolaborasi bersama untuk melakukan investigasi lebih dalam terkait kasus ini," kata Arief saat diwawancara terkait kematian Iko, Rabu (3/9/2025).

Baca Juga

Arief mengungkapkan, kepolisian, dalam hal ini Polda Jawa Tengah, telah menyatakan bahwa Iko meninggal setelah mengalami kecelakaan motor di Jalan Veteran, Kota Semarang. Namun terdapat pihak-pihak, termasuk Ikatan Keluarga Alumni (IKA) FH Unnes, yang masih mempertanyakan penyebab kematian Iko. Hal itu karena ditemukan luka lebam pada tubuhnya.

Menurut Arief, kronologi penyebab kematian Iko memang harus diperjelas. "Apakah ini memang bagian dari aksi yang mendapatkan tindakan represif aparat atau sebagaimana yang muncul di media bahwa si korban ini adalah korban kecelakaan murni," ujarnya.

Dia mendorong FH Unnes untuk mendalami kematian Iko. "Termasuk menuntut kepada kepolisian untuk melakukan pemeriksaan atau olah TKP secara lebih transparan untuk menunjukkan apakah ini murni kecelakaan atau ada sangkut pautnya dengan kekerasan yang dilakukan aparat," kata Arief.

IKA FH Unnes tengah mendalami kejanggalan kematian Iko Juliant Junior. Anggota Pusat Bantuan Hukum (PBH) IKA FH Unnes, Naufal Sebastian, mengungkapkan, pada Sabtu (30/8/2025) siang, Iko pergi dari rumahnya di daerah Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, dengan mengenakan jaket almamater kampus. Hari itu, terdapat agenda unjuk rasa di depan Mapolda Jateng yang berlokasi di Jalan Pahlawan, Kota Semarang.

"Apakah (Iko) datang untuk demo atau tidak, kami belum konfirmasi itu," ungkap Naufal ketika diwawancara, Selasa (2/9/2025).

Menurut Naufal, menjelang malam, Iko sempat pulang ke rumah. Namun sekitar pukul 23:00 WIB, almarhum pergi lagi bersama temannya menggunakan sepeda motor. "Menurut informasi yang kami terima, dia (Iko) mau nyusul teman-temannya yang pada ditangkap di Polda," ujarnya.

Naufal mengaku masih menelusuri dan mendalami rangkaian kronologi peristiwa kematian Iko. Sebab pada Ahad siang sekitar pukul 11:00 WIB, keluarga Iko dikabari pihak kepolisian bahwa Iko dirawat di RSUP Dr.Kariadi. Kondisinya sudah kritis. Menurut keterangan kepolisian, Iko mengalami kecelakaan.

"Pada saat itu disampaikan ada masalah di limpa dan pendarahan. Dokter menyampaikan harus ada operasi. Keluarga menyetujui. Selesai operasi, meninggal," kata Naufal.

Dia menambahkan, saat berada di RSUP Dr.Kariadi, Iko pun sempat mengigau dan berucap "Ampun, Pak. Jangan pukulin saya lagi". "Informasi yang kami terima sempat mengigau seperti itu," katanya.

Naufal mengakui, kematian Iko terkesan janggal. "Karena ada luka lebam yang nampaknya dugaan kami seperti luka pukulan, bukan seperti orang kecelakaan. Kemudian ada igauan-igauan ketika tidak sadarkan diri. Itu kan alam bawah sadar yang cerita," ucapnya.

Selain itu, IKA-FH Unnes menerima informasi bahwa kecelakaan yang dialami Iko terjadi pada Ahad sekitar pukul 02:30 WIB. Titik TKP-nya masih belum divalidasi oleh kepolisian, tapi antara Jalan Dr.Cipto dan Jalan Veteran. Hal yang dipertanyakan IKA-FH Unnes adalah mengapa Iko baru dibawa ke RSUP Dr.Kariadi pada pukul 11:00 WIB. Iko pun dilaporkan dibawa ke rumah sakit oleh personel Brimob.

"Itu jadi temuan. Selain investigasi, PBH IKA-FH Unnes akan melakukan gelar perkara untuk saling kroscek beberapa informasi dan temuan serta validitas bukti-bukti yang ada," kata Naufal.

Dia mengatakan, ketika kecelakaan, Naufal berboncengan dengan temannya. "Saksi kuncinya masih dalam perawatan. Kondisinya kritis, belum bisa diajak ngobrol," ucapnya.

Pada Selasa siang, awak media sempat menyambangi kediaman Iko di daerah Tambakaji, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang. Suasana duka masih sangat terasa. Di depan rumahnya terdapat karangan bunga dengan pesan belasungkawa yang dikirimkan oleh Dekan FH Unnes.

Namun keluarga Iko enggan diwawancarai karena masih dalam keadaan berduka. Menurut Naufal, keluarga Iko telah memberikan kuasa secara verbal kepada IKA-FH Unnes untuk mewakili mereka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement