REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Pasukan penjajahan Israel (IDF) mengakui bahwa jumlah buldoser D-9 yang berfungsi untuk operasi terbarunya telah habis setengahnya. Jumlah terus merosot meski mereka bekerja keras untuk mendatangkan D-9 baru.
Dilaporkan Jerusalem Post, merosotnya jumlah D-9 milik IDF karena terlalu banyak bekerja di Gaza atau karena serangan Hamas. IDF sekarang menggunakan kendaraan "pengacau" yang lebih kecil terutama untuk membersihkan dan menghancurkan bangunan tempat pejuang Palestina mungkin bersembunyi dalam penyergapan.
Beberapa sumber IDF mengatakan kepada Jerusalem Post bahwa akan ada masalah unik di Kota Gaza terkait gedung-gedung tinggi. Baik D-9 maupun pengacau tidak dapat merobohkan bangunan seperti itu. Ini jadi kelemahan IDF karena mereka bakal rentan terhadap serangan pejuang jika tentaranya tidak menghabiskan waktu lama di Kota Gaza.
IDF telah menginvasi beberapa bagian Kota Gaza sebanyak enam kali. Hingga saat ini, mereka selalu menghabiskan waktu singkat di sana untuk menargetkan pejuang tertentu, dan kemudian kembali ke Israel. Berdasarkan rencana invasi saat ini, tentara IDF harus tetap berada di Kota Gaza dalam jangka panjang, sehingga membuat mereka lebih rentan.
Sementara, pasukan cadangan IDF yang memenuhi panggilan terakhir untuk menyerang Kota Gaza terus merosot dan pendaftarannya lebih lambat dibandingkan panggilan sebelumnya. Sumber-sumber IDF menolak memberikan jumlah dan persentase sebenarnya dalam pengarahan tersebut.
In this video, Al-Qassam fighters are seen targeting a Merkava tank and a D9 military bulldozer with tandem and Al-Yassin 105 shells, and striking Israeli soldiers and vehicles in the vicinity of Salah al-Din Gate, south of the city of Rafah. pic.twitter.com/Ztdr8svLJl
— The Palestine Chronicle (PalestineChron) May 25, 2024
Sebaliknya, mereka mengatakan bahwa mereka akan memberikan informasi terkini mengenai angka-angka ini pada akhir minggu ini, yang menunjukkan bahwa pemanggilan tersebut dilakukan secara bertahap dan dilakukan selama beberapa hari. Ini juga mengindikasikan bahwa jumlah awal tidak terlalu mengesankan sehingga pihak militer ingin fokus pada isu tersebut sampai mereka dapat memberikan jumlah maksimal dari mereka yang hadir.
Seringkali pada panggilan di masa lalu, pihak militer lekas memberikan angka dan persentase awal untuk menunjukkan kebanggaan mereka soal jumah yang mendaftar. Sebagian besar pasukan cadangan yang dipanggil sedang menjalani tugas kelima atau keenam sejak dimulainya perang.
Meskipun beberapa unit cadangan masih memiliki persentase keberhasilan pemanggilan yang sangat tinggi, yakni berkisar antara 80-90 persen, beberapa unit telah turun menjadi 50-70 persen pada awal tahun 2025 karena banyak yang bosan dengan perang. Perpanjangan masa tugas pasukan cadangan juga berdampak pada keluarga, pekerjaan atau, studi mereka. Sedangkan lainnya secara politik menentang untuk terus berperang dan memilih mengakhiri perang dengan kesepakatan penyanderaan.