REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA – Indonesia melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Ottawa, Kanada turut ambil bagian World Multicultural Festival (WMF) di Ottawa pada Sabtu (15/11/2025). Penampilan ansambel musik Angklung dan Tari Pendet berhasil mencuri perhatian pengunjung helatan tersebut.
Pada WMF edisi 2025 tersebut, Indonesia turut ambil bagian sebagai kolaborasi antara KBRI Ottawa, Indonesian Canadian Congress (ICC), dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Ottawa, serta diaspora Indonesia. Kedua penampilan tersebut mencuri perhatian ratusan pengunjung dari berbagai kalangan, yang walaupun di tengah suhu mendekati 0 derajat celcius tetap memadati Horticulture Building, lokasi acara.
Penampilan Indonesia dibuka dengan penampilan Tari Pendet oleh Nalani Gruys dan Keandra Gruys, dara kembar keturunan Indonesia, serta Jasmine Daoust, WN Kanada. Tarian sakral yang kini dikenal sebagai tari penyambutan itu tampil memukau lewat gerak luwes, ekspresi lembut, dan kostum Bali yang gemerlap. Kelopak bunga yang dijentikkan menjadi simbol kehormatan dan ketulusan Indonesia dalam menyapa dunia.
Penampilan ini tidak hanya menunjukkan estetika Bali, tetapi juga memperlihatkan bagaimana seni tradisional Indonesia terus dipelihara oleh diaspora dan generasi muda yang tumbuh jauh dari kampung halaman. Sorak penonton, bidikan kamera yang tak henti, serta berbagai apresiasi yang disampaikan secara langsung membuktikan bahwa tarian ini berhasil “mengguncang” hati publik Kanada.
Setelah penampilan Tari Pendet menghangatkan suasana, panggung WMF kembali bergemuruh ketika para pemain orkestra angklung, yang diperkuat oleh anggota ICC dan DWP serta pendamping Pejabat KBRI Ottawa, membawakan Mama Mia dan Super Trouper, dua lagu populer dari ABBA, grup vokal lawas asal Swedia yang cukup terkenal di Ottawa. Alunan melodi instrumen musik bambu khas Jawa Barat tersebut memberikan nuansa kehangatan di tengah dinginnya cuaca kepada publik Ottawa, yang sebagian diantaranya bahkan bergoyang mengikuti irama.
Duta Besar Indonesia untuk Kanada (Dubes), Muhsin Syihab, menyampaikan kebanggaannya akan sambutan yang begitu antusias dari para pengunjung ketika penampil dari Indonesia menaiki panggung. “Publik Ottawa sangat terpukau dengan keindahan gerakan penari Pendet dan harmoni musik Angklung. Bahkan selesai penampilan, para penampil didekati oleh banyak pengunjung yang tertarik, termasuk yang mencoba memainkan instrumen angklung. Ini merupakan soft power Indonesia.”, kata dia.
Gita Nurlaila, President ICC, yang turut tampil dan memimpin harmoni Angklung menyampaikan bahwa persiapan untuk tampil telah dimulai sejak dua-tiga bulan lalu. “Kami sangat mengapresiasi dukungan luar biasa dari KBRI Ottawa. Seminggu 2 kali kami berlatih cukup intensif, selama sekitar dua jam di KBRI Ottawa,” ujar Gita.
Sementara itu, Jasmine, satu dari tiga penari pendet, mengutarakan kegembiraannya dapat turut tampil membawakan Tari Pendet di hadapan publik Kanada. “Saya tertarik dengan tarian Bali sejak masih kecil. Bagi saya tarian Bali sangat indah dengan perpaduan gerakan tangan dan mata. Jadi, bisa ikut menarikannya di hadapan publik Kanada sangat berarti bagi saya.”, ujarnya.
KBRI Ottawa menyatakan selalu berupaya menghadirkan wajah Indonesia secara utuh dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat—dari ICC, DWP, hingga diaspora. Kolaborasi semacam ini dinilai membuat diplomasi budaya kita semakin hidup, berdaya, dan menyentuh langsung masyarakat Kanada.
Partisipasi Indonesia dalam WMF 2025 tidak berhenti pada penampilan seni semata. Ia juga bagian dari diplomasi budaya yang semakin relevan di tengah masyarakat global. Dengan populasi diaspora Indonesia yang terus berkembang, khususnya di Kanada, sinergi antara KBRI dan organisasi masyarakat, serta diaspora Indonesia merupakan keniscayaan guna memperkuat citra positif Indonesia.
WMF, sebagai festival kebudayaan tahunan terbesar di Ottawa yang diikuti oleh lebih dari 70 negara, menjadi panggung yang memperlihatkan bahwa penampilan beragam kesenian dan kebudayaan memiliki nilai yang luar biasa. Kesenian dan kebudayaan bukan merupakan hiburan semata, melainkan sebagai jembatan pemersatu antarbangsa.
Melalui angklung yang harmonis dan tari Bali yang memikat, Indonesia kembali menunjukkan bahwa daya pesona budaya Nusantara tidak hanya hidup di tanah air—tetapi juga bersinar terang di jantung ibu kota Kanada. Indonesia telah berbicara dengan bahasa yang paling indah: bahasa budaya. Dan Ottawa, sekali lagi, mendengarnya dengan penuh kekaguman.