Saat para pemimpin dunia berkumpul di Brasil untuk konferensi iklim tahunan PBB, tekanan untuk menemukan solusi terhadap suhu global yang terus meningkat semakin besar, karena hal ini merusak berbagai belahan dunia.
Tiga puluh tahun sejak COP pertama di Berlin membunyikan alarm iklim, emisi kini mencapai level tertinggi. Berikut adalah gambaran tentang seberapa besar pemanasan global telah mengubah planet ini.
#1 Wilayah mana yang menghasilkan emisi CO2 terbanyak?
Pemerintah semakin banyak yang berjanji untuk bergerak menuju ekonomi netral karbon atau net-zero pada 2050, artinya mereka bertujuan menyeimbangkan gas rumah kaca yang mereka hasilkan dengan yang mereka hapus dari atmosfer. Dengan emisi yang stabil di Eropa dan Amerika, tetapi meningkat di Asia dan Afrika, grafik ini menunjukkan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mendekarbonisasi ekonomi.
Namun, emisi absolut hanya menceritakan setengah dari kisahnya. Populasi di negara-negara Asia telah meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Lebih banyak orang berarti konsumsi sumber daya yang lebih besar.
Gambaran berubah ketika dilihat dari perspektif emisi CO2 per kapita. Mempertimbangkan ukuran populasi menyoroti lebih jelas negara-negara Barat seperti AS dan Australia, serta negara-negara lain di dunia, termasuk Rusia, Arab Saudi, Oman, Qatar, dan Mongolia.
Para ahli berpendapat bahwa negara kaya, terutama yang secara historis berkontribusi paling banyak terhadap tingkat CO2 global, memiliki tanggung jawab lebih besar untuk mengurangi emisi.
Infografik di bawah ini menunjukkan rata-rata emisi per kapita lebih tinggi di negara-negara kaya, meskipun ada variasi besar di setiap kelompok pendapatan.
Qatar, negara penghasil emisi teratas secara global, menghasilkan jauh lebih banyak CO2 per kapita dibandingkan negara-negara seperti Jerman dan Prancis, meskipun berada dalam kelompok pendapatan yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa kekayaan dapat dipisahkan dari emisi.
Dan meskipun negara-negara seperti India dan Cina berada di peringkat rendah untuk emisi per kapita, keputusan mereka tetap memiliki dampak besar karena jumlah populasi yang sangat besar (ukuran gelembung).
#2 Apa saja sumber utama emisi gas rumah kaca?
Sektor tenaga listrik menjadi penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca (GRK), sebesar 29%, karena menghasilkan dan menyalurkan energi yang menggerakkan kehidupan dan ekonomi kita.
Selanjutnya adalah sektor industri, yang memproduksi barang-barang yang kita gunakan setiap hari. Sektor ini bertanggung jawab atas 22% dari total GRK, termasuk CO2, metana, dan nitrous oxide, yang dilepaskan ke atmosfer.
Hutan sangat penting untuk stabilitas iklim. Mereka dikenal sebagai “penyerap karbon” karena mampu menyerap jumlah besar CO2 dari atmosfer, yang tersimpan di pohon dan tanah mereka. Hal ini dilepaskan kembali ke atmosfer ketika hutan ditebang, dibakar, atau mengalami degradasi.
Dalam dua dekade terakhir, jumlah kehilangan tutupan pohon tahunan terus meningkat. Rusia, Brasil, dan Kanada menjadi penyebab utama deforestasi dunia pada 2024.
#3 Bagaimana perkembangan emisi CO2 selama beberapa abad terakhir?
Emisi CO2 dari pembakaran bahan bakar fosil telah meningkat secara bertahap sejak awal Revolusi Industri. Awalnya, saat manusia memproduksi CO2 lebih tinggi, bumi mampu menyerapnya melalui “penyerap karbon” alami, seperti hutan dan lautan.
Tetapi ketika manusia mulai menghasilkan lebih banyak CO2 dan gas rumah kaca lainnya daripada yang bisa diserap ekosistem planet, lebih banyak emisi tersebut terjebak di atmosfer.
#4 Seberapa panas dunia sudah menjadi?
Saat konsentrasi CO2 meningkat, panas dari matahari terperangkap di atmosfer, menyebabkan planet memanas seperti di rumah kaca.
Dibandingkan dengan rata-rata abad ke-20, suhu global meningkat hampir 1,3 derajat Celsius (2,3 derajat Fahrenheit) pada 2024.
Perubahan ini diukur dengan menghitung selisih antara suhu yang diamati pada waktu dan tempat tertentu dengan rata-rata historis di lokasi yang sama.
Kenaikan 1,3 derajat Celsius ini merupakan rata-rata global dari variasi tersebut. Perbedaannya bisa jauh lebih besar di tingkat lokal atau untuk bulan tertentu. Misalnya, September 2025 hampir 2 derajat Celsius lebih hangat dibandingkan September 1956.
Kenaikan suhu ini sudah membuat peristiwa seperti gelombang panas mematikan, badai berbahaya, dan kekeringan yang menghancurkan hasil panen menjadi lebih intens dan sering terjadi. Kondisi ini hanya akan memburuk jika suhu terus meningkat.
Kenaikan permukaan laut menjadi salah satu dampak paling terlihat dari pemanasan global. Suhu yang lebih tinggi mencairkan gletser dan lapisan es, sehingga meningkatkan volume air di lautan.
#5 Seberapa tinggi permukaan laut sudah naik?
Permukaan laut telah naik hampir 25 sentimeter (9,8 inci) dalam 140 tahun terakhir, menurut data yang dikumpulkan oleh Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO), lembaga penelitian ilmiah pemerintah Australia. Sekitar sepertiga dari kenaikan tersebut terjadi dalam 25 tahun terakhir.
Kenaikan permukaan air laut terjadi di seluruh dunia, tetapi trennya semakin cepat di Arktik, yang memanas lebih cepat daripada wilayah lain. Sifat termal air yang memuai saat menghangat juga berkontribusi terhadap kenaikan permukaan air laut.
Serupa dengan kenaikan suhu global, terdapat pula perbedaan regional dalam kenaikan muka air laut global: beberapa wilayah lebih terdampak daripada yang lain. Sementara pengukur pasang surut di Kanada bagian barat dan Chili utara, misalnya, menunjukkan permukaan air laut yang stabil atau bahkan menurun, negara-negara kepulauan di Pasifik Selatan dan Samudra Hindia mengalami kenaikan permukaan air laut yang mengkhawatirkan - ancaman yang dapat menyebabkan mereka lenyap ditelan laut.
Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Rahka Susanto
Editor: Yuniman Farid