Ahad 16 Nov 2025 17:20 WIB

Progres Karbon Netral 2050 dalam Grafik

Para pemimpin yang menghadiri Konferensi Iklim PBB ke-30 berada di bawah tekanan untuk mencegah pemanasan global semakin cepat.

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
VRD - Fotolia
VRD - Fotolia

Waktu semakin sempit untuk mencegah dampak terburuk krisis iklim dan melestarikan planet yang layak huni bagi manusia dan spesies lain untuk berkembang. Para ilmuwan sepakat bahwa hal ini memerlukan pembatasan kenaikan suhu rata-rata global hingga 2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri, dan idealnya 1,5C, sebagaimana diuraikan dalam Perjanjian Paris 2015.

Untuk mencapainya, negara-negara perlu mengurangi emisi sebesar 45% pada tahun 2030 dan mencapai nol bersih pada tahun 2050. Ini berarti,harus menghilangkan CO2 sebanyak yang mereka hasilkan atau sama sekali menghentikan produksi CO2.

Di mana posisi dunia dalam hal mencapai tujuan-tujuan ini?

#1 Seberapa tergantung kita pada bahan bakar fosil?

Beralih dari batu bara, minyak, dan gas sangat penting untuk mencapai netralitas karbon. Meskipun pangsa energi terbarukan dalam bauran energi tumbuh perlahan namun pasti, sebagian besar perekonomian masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil.

Pemimpin regional dalam konsumsi energi dari sumber terbarukan pada tahun 2024 adalah Norwegia di Eropa (73%), Brasil di Amerika (51%), serta Selandia Baru (42%) dan Vietnam (23%) di kawasan Asia-Pasifik, menurut British Energy Institute, sebuah asosiasi bisnis untuk perusahaan yang bergerak di sektor ini. Maroko di Afrika (7%) dan Israel di Timur Tengah (6%).

Sementara itu, negara-negara seperti Turkmenistan, Trinidad dan Tobago, Kuwait, Aljazair, Singapura, Irak, Qatar, dan Arab Saudi masih bergantung pada bahan bakar fosil untuk lebih dari 99% energi mereka.

Dengan 87%, Polandia mengonsumsi porsi bahan bakar fosil tertinggi di Eropa. Namun, titik-titik panas dunia untuk pembangkit listrik tenaga batu bara terletak di tempat lain. Tiongkok merupakan rumah bagi 3.269 dari 6.552 lokasi pembangkit listrik tenaga batu bara yang beroperasi secara global. India (850) dan AS (391) menyusul di belakangnya.

Meskipun mereka secara kolektif telah menghentikan, memensiunkan, dan membatalkan 3.940 pembangkit listrik tenaga batu bara sejak tahun 2000, posisi teratas mereka tetap tidak tersentuh, menurut Global Energy Monitor. LSM ini mengkurasi data tentang proyek-proyek bahan bakar fosil dan energi terbarukan di seluruh dunia.

Untuk mencapai target suhu sesuai Perjanjian Paris, dunia perlu segera menghentikan penggunaan batu bara. Menurut lembaga riset Climate Analytics yang berbasis di Berlin, Jerman,pada tahun 2030 penggunaan batu bara global perlu dikurangi hingga 80% dibandingkan tingkat tahun 2010.

#2 Dari mana asal energi untuk listrik dan pemanas?

Energi digunakan dalam tiga sektor utama: transportasi, listrik, dan pemanas.

Proporsi terbesar konsumsi energi adalah untuk pemanas, menurut analisis Badan Energi Internasional (IEA): "Pemanas untuk rumah, industri, dan aplikasi lain mengisi setengah dari total konsumsi energi.”

Saat ini, 14 persen energi untuk pemanasan berasal dari energi terbarukan. Porsi ini diperkirakan meningkat menjadi 18 persen pada tahun 2028, menurut proyeksi IEA.

Di gedung apartemen dengan banyak unit, penyewa jarang mendapat kesempatan untuk memilih sendiri sumber energi untuk sebagai pemanas. Namun, konsumen dapat memilih sumber energi untuk listriknya.

Negara-negara di Timur Tengah saat ini masih memproduksi porsi terkecil energi hijau (5%) untuk pasokan listrik mereka. Wilayah lain seperti Afrika (24%) dan terutama Amerika Latin dan Karibia (63%) memiliki capaian yang jauh lebih baik.

Listrik tidak hanya penting untuk memasok listrik ke apartemen dan rumah, tetapi juga untuk sektor transportasi yang netral karbon. Karena mobil listrik hanya benar-benar ramah lingkungan jika listrik yang digunakan untuk menggerakkannya berasal dari sumber energi terbarukan.

#3 Bagaimana perubahan yang terjadi di sektor transportasi?

Perubahannya sangat lambat. Meskipun angka penjualan mobil dengan mesin pembakaran internal menurun, jumlah mobil listrik yang beredar masih relatif sedikit. Dari sekitar 78 juta mobil yang terjual pada tahun 2024, 22% (sekitar 17,6 juta) di antaranya menggunakan tenaga listrik.

Namun, bagaimana dengan moda transportasi lain yang menghasilkan emisi tinggi? Sektor penerbangan, misalnya, berkontribusi relatif kecil terhadap emisi global, tetapi permintaan untuk penerbangan diperkirakan akan meningkat tajam pada tahun 2030.

Sektor ini juga merupakan salah satu sektor yang paling sulit didekarbonisasi, karena masih belum ada alternatif berskala besar untuk bahan bakar jet padat energi yang menggerakkan pesawat saat ini. Pesawat bertenaga hidrogen

#4 Seberapa baik kita melindungi ekosistem kita?

Intinya: Tidak cukup baik. Meskipun hutan di seluruh dunia telah tumbuh dalam beberapa dekade terakhir, paling pesat terjadi antara tahun 2000 dan 2015 dengan 10 juta hektar per tahun,

Perhitungan pertumbuhan hutan dan deforestasi dalam beberapa dekade terakhir menunjukkan: Upaya reboisasi di Amerika Selatan dan Afrika tidak cukup untuk mengimbangi deforestasi di kedua wilayah tersebut.

Hal ini sangat menarik karena kedua wilayah tersebut ternyata memimpin dalam peringkat lain di mana sebagian besar hutan berada di dalam kawasan konservasi alam. Lantas, pertanyaannya seberapa efektif perlindungan kawasan konservasi tersebut?

#5 Bagaimana perkembangan investasi energi terbarukan?

Energi terbarukan sedang mengalami peningkatan. Energi netral karbon telah menarik lebih banyak investasi daripada bahan bakar fosil dalam beberapa tahun terakhir, menurut IEA.

Pada tahun 2015, lebih dari separuh investasi energi dialokasikan untuk minyak, batu bara, dan gas. Pada tahun 2025, angka ini diperkirakan turun menjadi kurang dari sepertiganya.

Artikel ini pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris pada tahun 2021. Artikel ini diperbarui pada bulan November 2025 untuk mencerminkan perkembangan terkini.

Diadaptasi oleh Sorta Caroline

Editor: Yuniman Farid

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement