REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menekankan pihaknya menggencarkan upaya vaksinasi dalam rangka menanggulangi Kejadian Luar Biasa (KLB) campak yang terjadi di Sumenep, Jawa Timur. Sebanyak 17 orang dilaporkan meninggal dunia akibat campak, 16 di antaranya dilaporkan tidak divaksinasi.
"Sebenarnya untuk campak, kita sudah melakukan imunisasi dan vaksinasi secara rutin kepada anak-anak. Mungkin jika ada 1-2 kasus yang kemudian meningkat, itu biasanya karena kepatuhan untuk melaksanakan vaksinasi," kata Wamenkes Dante di Jakarta, Senin (25/8/2025).
Wamenkes mengatakan kepatuhan masyarakat dalam melakukan vaksinasi menjadi satu hal yang terus digenjot oleh pemerintah melalui berbagai upaya edukasi dan sosialisasi.
"Karena vaksinnya sudah kita berikan ke posyandu, sudah kita latih tenaga posyandu dengan 35 keahlian di dalam posyandu, termasuk di dalamnya keahlian sosial untuk melakukan edukasi kepada masyarakat," kata Wamenkes.
"Sehingga, nanti masyarakat bisa teredukasi dengan baik, melakukan vaksinasi dengan baik, dan tidak terdampak dengan penyakit yang bisa sebenarnya dicegah dengan vaksinasi, seperti campak tadi," tambah Wamenkes Dante.
Diketahui, kasus wabah campak di Sumenep telah dinyatakan sebagai KLB, sebab terdapat 17 orang telah meninggal dunia akibat wabah tersebut. Di samping itu terdapat pula 2.035 orang suspek yang tersebar di 26 kecamatan.
Adapun sebanyak 78.569 anak di Sumenep menjadi sasaran vaksinasi campak guna mencegah penyebaran jenis penyakit tersebut.
Seluruh anak yang menjadi sasaran vaksin campak itu berusia 9 bulan hingga 6 tahun, dengan pelaksanaan selama 21 hari mulai 25 Agustus hingga 14 September 2025.
Saat ini jumlah vaksin yang kini tersedia untuk program vaksinasi massal itu sekitar 18 ribu vial setara dengan lebih dari 80 ribu dosis. Selain di 26 puskesmas, vaksinasi untuk menangani KLB kasus campak itu juga digelar di beberapa puskesmas pembantu di Sumenep.