Pada suatu siang yang terik di Bihar, India timur, seorang petani bernama Rakesh Kumar berdiri di ladang kentangnya, memandangi alur-alur tanah yang dulunya penuh harapan.
Ia juga menanam gandum dan jagung, tapi kentang adalah penentu utama keberhasilan panennya.
"Sebagian kami simpan untuk makan, sebagian dijual, dan sebagian lagi untuk bibit tahun depan,” ujarnya kepada DW. "Sebagian kami kirim ke penyimpanan dingin, tapi biayanya mahal.”
Tanpa fasilitas penyimpanan, hingga sepertiga hasil panennya bisa membusuk. "Sering kali kami terpaksa membuang hasil panen,” tambahnya.
Di India, kurangnya infrastruktur rantai dingin dan suhu yang terus meningkat menyebabkan kerugian besar bagi petani.
Laporan terbaru menunjukkan sekitar 25-35% buah dan sayuran rusak sebelum sampai ke pasar, dan hanya sekitar 6% produk yang diangkut dengan fasilitas berpendingin. Kerugian ini diperkirakan mencapai 11,5 miliar dolar AS (setara Rp186,1 triliun) per tahun.
Tenaga surya jadi solusi
Namun, panas yang selama ini menyebabkan kerugian justru bisa dimanfaatkan untuk melestarikan hasil panen melalui penyimpanan dingin bertenaga surya.
Salah satu perusahaan yang menawarkan sistem ini, Inficold India Private Limited, telah mengoperasikan lebih dari 500 unit di India, termasuk puluhan di Bihar.
"Sekarang petani bisa menyimpan hasil panen tetap segar selama beberapa minggu dan menjualnya saat harga pasar lebih tinggi,” kata juru bicara perusahaan itu.
"Hal ini membantu mereka mendapat keuntungan lebih dan mengurangi pemborosan pangan.”
Teknologi ini sangat menjanjikan di Bihar, di mana suhu bisa mencapai 45°C, dan 80% penduduk bergantung pada pertanian. Penyimpanan dingin tenaga surya juga tidak bergantung pada diesel yang mahal dan mencemari, atau jaringan listrik yang tidak stabil.
Perlu dukungan pemerintah, LSM, dan swasta
Ahli energi, Anik Chanda, menilai penyimpanan dingin bertenaga surya punya potensi besar, tetapi keberhasilannya bergantung pada cara penerapan di tingkat desa.
"Harus berbasis komunitas,” ujarnya.
"Satu petani kecil tidak mungkin membangun unit penyimpanan sendiri, tapi kalau lima atau enam petani bergabung, itu baru layak."
Ia menambahkan, kontainer berukuran 6 hingga 12 meter bisa memenuhi kebutuhan energi satu desa jika ditempatkan dengan tepat.
"Biarkan LSM, perusahaan teknis, dan pemerintah bekerja sama dengan petani. Semua harus bertanggung jawab, baru bisa berjalan,” tegasnya.
Panel surya saja tidak cukup
Namun, Mukund Singh, pengelola salah satu dari 25 unit penyimpanan dingin di Kota Begusarai, Bihar, punya pandangan berbeda.
"Di sini sebenarnya sudah cukup banyak penyimpanan dingin,” katanya. "Masalahnya bukan fasilitas, tapi biaya. Petani kecil tidak mampu membayar, itu kenyataan pahit.”
Bisnisnya semakin sulit karena tagihan listrik yang melambung. Untuk menekan biaya, ia memasang panel surya dan mendapat subsidi dari pemerintah Bihar. Namun, menurutnya, energi surya belum bisa sepenuhnya menggantikan listrik konvensional.
"Solar memang membantu sedikit menurunkan biaya listrik,” ujarnya. "Namun, belum cukup membawa perubahan besar. Tagihan tetap tinggi dan penghematannya tidak benar-benar dirasakan petani.”
Subsidi dari pemerintah
Bagi petani yang tidak mampu membayar penyimpanan dingin atau enggan karena biaya transportasi, pilihan terakhir adalah membiarkan panen membusuk.
Pemerintah India kini menawarkan berbagai program subsidi di tingkat negara bagian maupun pusat untuk unit penyimpanan dingin bertenaga surya.
Tahun lalu, Bihar Renewable Energy Development Agency (BREDA) mengeluarkan tender untuk unit penyimpanan dingin dengan subsidi hingga 50%. Artinya, petani atau badan pelaksana hanya menanggung setengah biaya, sisanya ditanggung pemerintah.
Namun, pelaksanaannya masih belum konsisten.
"Kurangnya standar teknis menjadi hambatan utama,” kata perwakilan Inficold.
"Namun, dengan adanya panduan baru dari Kementerian Pertanian, adopsinya diperkirakan akan meningkat.”
Pemerintah juga mulai mempromosikan penyimpanan dingin surya melalui koperasi, terutama di distrik seperti Nalanda, Vaishali, dan Samastipur, di mana sayuran seperti tomat, kembang kol, dan terong cepat membusuk saat musim panas.
Penyimpanan dingin di dunia yang makin panas
Memanfaatkan panas ekstrem menjadi semakin penting di tengah perubahan iklim. Studi memperkirakan hasil pertanian India bisa turun hingga 25% pada 2030.
Di sisi lain, menurut Chanda, sistem tenaga surya bisa memangkas pemborosan pangan hingga 40%.
Ia mencontohkan terong, yang sering dibiarkan di tempat terbuka berhari-hari sebelum masuk pasar.
"Ketika sampai pasar, separuhnya sudah busuk,” katanya. "Kalau ada penyimpanan dingin dekat lahan, kesegaran terjaga dan keuntungan meningkat.”
Ia mendorong pemerintah desa (panchayat) untuk memfasilitasi kelompok swadaya dan memastikan teknologi ini menjangkau petani di pelosok. "Inovasi harus bisa dirasakan hingga petani paling kecil di desa paling jauh,” ujarnya.
Hingga saat itu tiba, petani seperti Rakesh Kumar masih harus mempertaruhkan hasil panennya setiap musim: apakah akan bertahan atau justru rusak karena panas.
Laporan untuk cerita ini didukung oleh hibah dari Earth Journalism Network (EJN)
Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris
Diadaptasi oleh Alfi Anadri
Editor: Hani Anggraini