REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Siti Hardiyanti Rukmana, yang akrab disapa Mbak Tutut Soeharto, putri sulung Presiden kedua RI Soeharto mengenalkan buku terbarunya berjudul 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut', di Balai Sudirman, Jakarta. Buku tersebut disusun melalui kontribusi pemikiran tokoh nasional, rekan kerja, sahabat, dan keluarga.
Buku yang memuat lebih dari 500 halaman ini mengisahkan perjalanan hidup, dan nilai hidup Mbak Tutut, mulai dari masa kecilnya di Yogyakarta, kiprahnya di dunia bisnis dan politik, hingga perannya sebagai tokoh keluarga Cendana dan pegiat sosial. Anggota DPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengapresiasi diluncurkannya buku Siti Hardijanti Hastuti (Tutut Soeharto) berjudul 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut'.
"Buku 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut' bukan sekadar memoar. Ini cermin kepemimpinan yang rendah hati, aspiratif, konsisten melayani, dan dekat dengan denyut masyarakat. Saya menghormati cara Mbak Tutut menempatkan diri selama ini. Konsisten bekerja, tidak banyak berdebat, tetapi tampak dari hasil," kata Bamsoet, Rabu (20/8/2025).
Bamsoet mengatakan, buku 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut' memberi perspektif dari balik layar, bagaimana kepemimpinan bisa bekerja secara senyap namun berdampak. Di mana hal itu menunjukkan catatan-catatan yang dihimpun menampilkan perjumpaan Tutut dengan berbagai komunitas, aktivis sosial, dan jaringan kader-kader penggerak yang bekerja di akar rumput.
Menurutnya, pembaca dapat menemukan konteks yang utuh tentang kedisiplinan, keteguhan, dan kesahajaan yang menjadi fondasi kerja nyata. "Buku ini memperlihatkan sisi kepemimpinan yang tidak selalu berada di panggung depan, tetapi konsisten memberi pengaruh. Memperlihatkan kepemimpinan yang rendah hati, tidak banyak bicara, tapi membiarkan hasil kerja berbicara sendiri. Mbak Tutut menunjukkan bagaimana pengabdian bisa berlangsung senyap, namun berdampak," katanya.
Bamsoet menambahkan, peluncuran buku 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut' relevan dengan kebutuhan masyarakat akan teladan yang mampu menjembatani masa lalu, masa kini, dan masa depan. Bamsoet mengingatkan peran penting Mbak Tutut saat menjabat Menteri Sosial RI di Kabinet Pembangunan VII yang menuntut empati, kehadiran langsung, dan kemampuan mengelola program-program sosial berskala nasional.
"Peluncuran buku ini juga menjadi pengingat bahwa sejarah tidak hanya dibangun oleh peristiwa besar, tetapi juga oleh langkah-langkah tenang di belakang layar. Dari buku ini kita belajar bahwa pengabdian ialah kerja panjang yang dirawat hari demi hari," ungkapnya.
Sementara, Donna Sita Indria selaku penulis buku 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut' memastikan bahwa Tutut bukan hanya penikmat budaya. Dia juga ikut berperan mengangkat warisan budaya Nusantara ke panggung internasional. Salah satu momen berkesan adalah ketika Mbak Tutut membawa hasil kerajinan tangan suku Asmat dari Papua ke Amerika Serikat. Karya seni tersebut mampu memukau masyarakat di Negeri Paman Sam hingga karyanya dipajang di gedung Kota New York.
“Saya pernah ikut ke Papua, dulu masih disebut Irian Jaya. Mbak Tutut begitu bersemangat mengangkat kerajinan Asmat yang orisinal, lalu memperkenalkannya ke dunia. Itu menjadi bukti kepeduliannya terhadap budaya bangsa,” kata Donna.
Buku 'Selangkah di Belakang Mbak Tutut' juga mengungkap sosoknya yang memiliki talenta luar biasa di berbagai bidang. Baik dalam dunia bisnis, kegiatan sosial, seni-budaya, dan lain-lain. Buku itu juga menampilkan kisah dari balik layar berbagai kiprah strategis Mbak Tutut.
Misalnya atas keberhasilannya dalam memimpin pembangunan jalan layang tol pertama di Indonesia dengan teknologi Sosrobahu, hingga memenangkan tender international saat membangun Metro Manila Skyway di Filipina atas permintaan Presiden Fidel Ramos dan membangun jalan tol Ayer Hitam – Yong Peng Timur di Malaysia.
Selain itu, Mbak Tutut juga dikenal sebagai aktivis sosial yang turun langsung ke lokasi bencana, hingga memimpin Persatuan Donor Darah Indonesia dan Palang Merah Indonesia.
“Buku ini bukan sekadar dokumentasi, tapi sebuah ajakan untuk kembali pada nilai ketulusan dalam bekerja, kesetiaan dalam keluarga, dan keberanian untuk mengabdi. Dari keluarga ke bangsa, dari bisnis ke sosial, itulah warisan yang Mbak Tutut sampaikan,” kata Tria SP Ismail Saleh selaku penanggung jawab buku.