Kamis 07 Aug 2025 10:39 WIB

Depok dan Bekasi Habiskan Biaya Transportasi Umum Lebih Mahal dari Bogor dan Tangerang

Idealnya biaya transportasi 10 persen persentase dari biaya hidup.

Penumpang Transjakarta menunggu keberangkatan bus jurusan Terminal Bekasi - Galanggung di Halte Bus Transjakarta Galunggung, Jakarta, Kamis (3/7/2025). Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan Pemeritah Kota Bekasi membuka rute baru Transjakarta tujuan Terminal Bekasi - Galunggung untuk memperluas jaringan transportasi umum di kawasan Jakarta dan sekitarnya.
Foto: ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh
Penumpang Transjakarta menunggu keberangkatan bus jurusan Terminal Bekasi - Galanggung di Halte Bus Transjakarta Galunggung, Jakarta, Kamis (3/7/2025). Pemprov DKI Jakarta bekerja sama dengan Pemeritah Kota Bekasi membuka rute baru Transjakarta tujuan Terminal Bekasi - Galunggung untuk memperluas jaringan transportasi umum di kawasan Jakarta dan sekitarnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis kebijakan transportasi dari FAKTA Indonesia Azas Tigor Nainggolan mengatakan, Depok dan Bekasi merupakan kota dengan biaya transportasi umum yang termahal di wilayah Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Bodetabek), yakni di atas Rp1 juta per bulan.

"Warga kedua wilayah ini sekarang menempati kota paling mahal mengeluarkan menggunakan uang pendapatan untuk bertransportasi umum. Idealnya biaya transportasi 10 persen persentase dari biaya hidup," ujar Tigor melalui pesan elektroniknya di Jakarta, Kamis (7/8/2025).

Baca Juga

Dia merinci, warga Bekasi harus mengeluarkan biaya Rp1,9 juta per bulan atau 14,02 persen dari biaya hidup, sementara warga Depok perlu merogoh kocek Rp1,8 juta per bulan atau 16,32 persen dari biaya hidup.

Sementara itu, warga di wilayah lain yakni Bogor dan Tangerang mengeluarkan biaya di bawah Bekasi dan Depok. Tigor mengatakan, tingginya biaya transportasi di Bekasi dan Depok disebabkan sulitnya akses angkutan umum massal.

"Warga harus menggunakan transportasi tambahan seperti transportasi daring untuk perjalanan dari rumah ke stasiun atau terminal angkutan umum massal (first miles) dan dari perhentian di stasiun atau terminal menuju tujuan akhir (last miles)," kata dia.

Berkaca pada hal itu, Tigor mengusulkan pemerintah daerah mengembangkan layanan di dalam wilayahnya sendiri. Ini agar warga bisa lebih mudah mengakses layanan transportasi umum massal yang dibangun konektivitasnya oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.

"Dengan begitu, bisa menurunkan biaya bertransportasi umum lebih murah," kata dia.

Sementara itu, Jakarta saat ini telah mengembangkan layanan transportasi massal di dalam kota dan dari wilayah penyangga menuju Ibu Kota. Salah satunya penyediaan Transjabodetabek dari wilayah penyangga seperti Bogor, Bekasi, Depok, dan Banten ke Jakarta.

Tigor berpendapat, upaya ini berhasil mengajak masyarakat menggunakan transportasi umum massal menuju Jakarta.

"Walau penambahan layanan terintegrasi sudah dilakukan, pengguna KRL Jabodetabek tetap penuh. Berarti upaya ini berhasil mengajak dan menambah angka warga menggunakan transportasi umum massal ke dan di Jakarta," ujar dia.

Dia menambahkan, kemudahan layanan transportasi umum dan terintegrasi dan membuat warga Jakarta tidak mudah menggunakan kendaraan pribadinya membuat kemacetan Jakarta berkurang.

Hal ini juga pernah disampaikan Gubernur Jakarta Pramono Anung, yang menyebutkan tingkat kemacetan Jakarta lebih rendah ketimbang New York. Kota Jakarta berada di peringkat 90, di atas New York.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement