REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Jeda bantuan yang diberlakukan Israel di Jalur Gaza belum cukup menyetop kematian akibat kelaparan. Bayi-bayi masih terus meninggal akibat kekurangan gizi akibat blokade yang diberlakukan Israel dua bulan belakangan.
Kantor berita WAFA melansir, pada Senin sumber medis di Rumah Sakit Al-Shifa mengumumkan kematian bayi Mohammed Ibrahim Adas karena kekurangan gizi parah dan kurangnya susu formula di Jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan jumlah warga Palestina yang meninggal akibat kelaparan yang disebabkan oleh Israel di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 147 orang, termasuk 88 anak-anak. Kementerian menambahkan bahwa 14 orang, termasuk anak-anak, meninggal karena kelaparan dan kekurangan gizi dalam 24 jam terakhir meskipun Israel mengizinkan bantuan dalam jumlah terbatas ke Gaza.
Kantor Media Pemerintah Gaza mengatakan kekurangan susu formula dapat menyebabkan puluhan ribu bayi yang kekurangan gizi meninggal secara perlahan. “Ada lebih dari 40.000 bayi di bawah satu tahun di Gaza yang saat ini berisiko mengalami kematian akibat blokade brutal dan mencekik ini,” kata kantor tersebut, seraya menuduh Israel memblokir masuknya produk tersebut selama 150 hari.
“Kami segera menuntut pembukaan segera dan tanpa syarat semua penyeberangan serta masuknya susu formula bayi dan bantuan kemanusiaan dengan cepat,” lanjut kantor tersebut.
Lihat postingan ini di Instagram
Sumber di rumah sakit Gaza mengatakan kepada Aljazirah bahwa 41 warga Palestina telah syahid akibat serangan Israel di Gaza sejak fajar hari ini, termasuk delapan warga sipil yang menjadi sasaran saat menunggu bantuan kemanusiaan.
Aljazirah melaporkan, hari ini truk masuk ke Gaza dari dua jalan, yang pertama Karem Abu Salem. Yang kedua adalah Zakim di Gaza utara. Warga Palestina kelaparan langsung menaiki truk-truk tersebut dan mengambil apa pun yang bisa mereka jangkau.
Warga mengatakan mereka tidak punya waktu untuk menunggu makanan. Anak-anak mereka telah kelaparan selama berhari-hari, dan mereka tidak punya pilihan lain selain menaiki truk tersebut. Hal ini menunjukkan betapa putus asanya warga Palestina dan betapa mereka kekurangan kebutuhan dasar.
Kantor Media Pemerintah Gaza juga mengumumkan bahwa 73 truk berhasil mencapai Jalur Gaza. Truk-truk ini membawa tepung. Mereka mempunyai paket makanan, dan mereka juga mempunyai persediaan medis dan obat-obatan, namun tidak ada satupun truk yang sampai ke gudang.
Keputusan Israel untuk mengizinkan lebih banyak bantuan ke Gaza disambut baik oleh PBB. Namun para pejabat memperingatkan bahwa pembatasan yang ketat terus menghalangi pengiriman bantuan untuk menyelamatkan nyawa.

“Ini adalah langkah yang disambut baik ke arah yang benar,” kata Tom Fletcher, wakil sekretaris jenderal PBB untuk urusan kemanusiaan, kepada Aljazirah. “Tapi yang jelas, kita perlu mendapatkan bantuan dalam jumlah besar dengan skala yang jauh lebih besar dibandingkan yang bisa kita lakukan sejauh ini.”
Sementara lebih banyak truk bantuan memasuki Gaza kemarin, Fletcher menggambarkan pengiriman secara keseluruhan seperti setetes air di padang pasir “Ada kelaparan besar-besaran di Gaza,” Fletcher memperingatkan. “Kami dimobilisasi untuk memberikan sebanyak yang kami bisa… tapi kami akan menilainya berdasarkan hasil.”
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) memperingatkan bahwa kekurangan gizi pada anak-anak di bawah usia lima tahun meningkat dua kali lipat antara bulan Maret dan Juni sebagai akibat dari blokade yang sedang berlangsung.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengkonfirmasi bahwa tingkat kekurangan gizi di Gaza telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dan blokade yang disengaja serta penundaan bantuan telah menyebabkan banyak kematian. Hampir satu dari lima anak di bawah usia lima tahun di Kota Gaza menderita kekurangan gizi parah.