Jumat 18 Jul 2025 16:35 WIB

Kemenpar Siapkan Rescue Center dan Pemandu Bersertifikasi Amankan Pendakian di Gunung

Kemenpar ingin meningkatkan sistem keamanan di destinasi wisata gunung.

Rep: Antara/ Red: Qommarria Rostanti
Shelter emergency di Gunung Rinjani (illustrasi). Kemenpar memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk meningkatkan sistem keamanan di destinasi wisata gunung.
Foto: Dok Republika
Shelter emergency di Gunung Rinjani (illustrasi). Kemenpar memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk meningkatkan sistem keamanan di destinasi wisata gunung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pariwisata (Kemenpar) memperkuat koordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk meningkatkan sistem keamanan di destinasi wisata gunung. Langkah yang diambil yaitu dengan menyiapkan pusat penyelamat (rescue center) dan memberikan pelatihan khusus bagi para pemandu wisata gunung.

"Saat ini, pembentukan rescue center dan pelatihan bagi pemandu wisata gunung sedang dalam tahap persiapan," kata Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Hariyanto, saat dihubungi di Jakarta, Jumat (18/7/2025).

Baca Juga

Pernyataan ini disampaikan setelah Rapat Persiapan Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Pemandu Wisata Gunung yang digelar pada 10 Juli 2025 lalu oleh Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR). Rapat persiapan tersebut melibatkan kolaborasi berbagai pihak penting, termasuk BASARNAS, BTNGR, LSP Pramindo, serta perwakilan Asosiasi Pendaki Gunung Indonesia (APGI) Nusa Tenggara Barat. 

Beberapa langkah penting sudah mulai berjalan. BASARNAS menyatakan kesiapan penuh untuk mendukung pelatihan keselamatan dan standardisasi di destinasi pariwisata. Dukungan ini mencakup pelatihan vital seperti pertolongan pertama dan teknik evakuasi, yang sangat krusial dalam situasi darurat di gunung.

Bersama dengan BTNGR, pemerintah juga telah menginisiasi pembentukan posko terpadu di Sembalun, salah satu jalur pendakian Gunung Rinjani yang populer. Bahkan, sekitar delapan personel sudah dikirim untuk mengikuti sertifikasi rescue di Bandung. Pemetaan jumlah pemandu dan porter, termasuk data sertifikasi mereka, juga sedang dilakukan untuk memastikan ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas.

"Fokus tahun ini adalah sertifikasi pemandu baru, sedangkan pemandu lama yang sertifikasinya telah kedaluwarsa direncanakan untuk disertifikasi ulang pada tahun depan," kata Hariyanto.

Hariyanto juga mengungkapkan bahwa Kemenparekraf telah menyusun modul pelatihan keselamatan dan mitigasi risiko yang komprehensif. Modul ini mencakup berbagai aspek penting, mulai dari teknik vertical rescue (penyelamatan di medan vertikal) hingga bantuan hidup dasar (basic life support). Modul-modul ini akan menjadi panduan bagi para pemandu untuk bertindak cepat dan tepat dalam situasi darurat.

Secara keseluruhan, Hariyanto mengatakan meskipun implementasi penuh di lapangan masih dalam proses, perencanaan dan koordinasi lintas lembaga berlangsung sangat intensif. Hariyanto juga menyampaikan bahwa upaya besar ini merupakan tindak lanjut dari musibah yang menimpa warga negara asing asal Brasil, Juliana Marins, beberapa waktu lalu. 

Dalam jangka waktu menengah, pemerintah merencanakan beberapa upaya strategis. Pertama, penambahan alat evakuasi darurat di pos-pos shelter pendakian sebagai upaya penyelamatan awal sebelum tim SAR tiba. Kedua, penambahan pelatihan pemandu wisata gunung dan porter untuk penanganan rescue darurat. Dan yang tak kalah menarik, digitalisasi Jalur Rinjani 360 yang akan menjadi bahan briefing komprehensif bagi para pendaki. Sementara itu, untuk rencana jangka panjang, pemerintah berambisi untuk membangun pos shelter tambahan di jalur pendakian dan melengkapi setiap pos shelter dengan peralatan darurat penyelamatan yang memadai.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement