Kamis 21 Aug 2025 08:26 WIB

Global Future Fellows 2025, Peran Aktif Pijar Foundation untuk Sektor Kesehatan ASEAN

program ini mempertemukan sepuluh pemimpin muda dari ASEAN.

Global Future Fellows (GFF) 2025.
Foto: Dok. HOPJ
Global Future Fellows (GFF) 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejauh mana kesiapan sistem kesehatan ASEAN dalam 20 tahun mendatang? Mampukah

teknologi digital menjembatani kesenjangan layanan kesehatan dan sekaligus memperkuat

ketahanan kawasan? Pertanyaan ini bukan sekedar cita-cita, tapi menjadi tolak ukur sebuah

kawasan yang tangguh dan kuat.

Di Brunei, misalnya, penerapan platform kesehatan digital berbasis AI mulai mengubah cara

layanan diberikan. Rekam medis terintegrasi, telemedicine, hingga sistem pemantauan

kesehatan masyarakat kini dikembangkan agar layanan semakin proaktif, berbasis data, dan berpusat pada pasien. Langkah ini sejalan dengan visi regional bahwa inovasi teknologi bukan hanya soal efisiensi, tapi juga bagaimana tetap menjaga nilai kemanusiaan, etika, dan kepercayaan publik.

Semangat transformasi inilah yang menjadi latar belakang program Global Future Fellows (GFF) 2025: Powering ASEAN’s Digital Health, inisiatif Pijar Foundation untuk menunjukkan pentingnya pendekatan people-to-people dalam memperkuat visi ASEAN ke depan. Dengan fokus pada kesehatan digital dan kolaborasi lintas batas negara, program ini mempertemukan sepuluh pemimpin muda dari seluruh negara anggota ASEAN untuk merumuskan rekomendasi aksi yang dapat membantu membentuk Visi Kesehatan ASEAN 2045.

Menurut Cazadira Fediva Tamzil, Executive Director Pijar Foundation, tujuan program ini jauh melampaui pembelajaran. “Program Global Future Fellows bukan hanya perjalanan pembelajaran bagi para fellow, tetapi juga kesempatan untuk saling berbagi pengetahuan dan bersama-sama membangun kawasan Asia Tenggara yang lebih kuat. Tujuannya adalah agar komunitas ASEAN menjadi lebih tangguh mulai dari tingkat akar rumput. Kita menjadi lebih bersatu, lebih terhubung, dan mampu berbagi pengetahuan, pengalaman, serta jejaring karena ASEAN adalah untuk semua.”

ASEAN Community Vision 2045 yang diadopsi para pemimpin ASEAN pada 26 Mei 2025 menjadi tonggak penting dalam menetapkan arah kawasan menuju ASEAN yang tangguh, inovatif, dinamis, dan berpusat pada masyarakat dalam dua dekade ke depan. Di sektor kesehatan, visi ini berarti membangun sistem terintegrasi, memperkuat infrastruktur digital, dan memastikan inovasi dapat dirasakan semua pihak. Tanpa kolaborasi yang berkelanjutan, komitmen ini

berisiko hanya menjadi aspirasi di atas kertas.

Bagi Dwi Meilani, Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, transformasi harus dimulai dari penguatan kapasitas manusia. “Kami percaya bahwa investasi pada sumber daya manusia sama pentingnya, khususnya dalam keterampilan digital dan kepemimpinan. Harapan saya, apa yang kita

mulai hari ini dapat melampaui ide, menjadi kemitraan nyata, kebijakan bersama, serta penguatan kapasitas untuk membangun ketahanan kesehatan digital kolektif ASEAN.”

Diluncurkan pada April 2025, GFF telah membawa para fellow menjalani empat learning journey di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Brunei, disertai pendampingan dari para pakar regional dan global. Di Indonesia, mereka mempelajari diplomasi kesehatan digital, pemodelan prediktif, dan strategi telehealth inklusif. Di Malaysia, fokus pada strategi nasional kesehatan digital, inovasi, dan tata kelola rekam medis elektronik. Brunei berbagi pengalaman penerapan platform kesehatan digital nasional yang mengintegrasikan rekam medis, layanan vaksinasi, telemedicine, dan pemantauan kesehatan publik.

Di Singapura, para fellow berpartisipasi sebagai peserta dalam International HealthTec Summit (IHS), yang menampilkan inovasi kesehatan terdepan dari berbagai negara, disertai kunjungan ke rumah sakit pintar dan peninjauan infrastruktur kesiapsiagaan pandemi di National Centre for Infectious Diseases.

Mengenai partisipasi Malaysia, Datuk Dr Muhammad Radzi bin Abu Hassan, mantan Direktur Jenderal Kesehatan Malaysia,merasa ini adalah salah satu program terpenting yang pernah diselenggarakan. "Dan ini merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk berbicara di hadapan para fellow muda yang sangat terlibat dalam bidang kesehatan digital," ujar dia.

Saat ASEAN memasuki era baru, penting untuk mengubah rencana besar menjadi tindakan nyata. Pemerintah perlu memastikan sistem kesehatan saling terhubung, inovator menciptakan solusi yang bisa diakses semua orang, dan masyarakat ikut memastikan tidak ada yang tertinggal. Masa depan kesehatan ASEAN akan ditentukan oleh kerja sama dan kepercayaan yang kita bangun mulai sekarang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement