REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Presiden Iran Masoud Pezeshkian menuduh AS sebagai “penyebab utama” tindakan permusuhan Israel terhadap Iran. Iran saat ini menyiapkan serangan balasan terhadap AS.
“Meskipun mereka pada awalnya berusaha menyembunyikan peran mereka, setelah respons tegas dan jera dari angkatan bersenjata negara kami dan pengamatan terhadap ketidakmampuan rezim Zionis [Israel], mereka akhirnya muncul ke permukaan,” katanya, mengacu pada AS menurut terjemahan komentar yang dipublikasikan di kantor berita IRNA, Ahad.
Menurut IRNA, Pezeshkian mengatakan meskipun negara mengalami kerugian, sekaranglah waktunya untuk mengesampingkan perbedaan dan “mengaktifkan kapasitas besar masyarakat”.
Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC) telah memperingatkan AS untuk bersiap menghadapi pembalasan. IRGC mengatakan mereka akan “menggunakan opsi di luar pemahaman” AS dan Israel yang “harus bersiap menghadapi tanggapan yang mereka sesali”.
IRGC menggambarkan pembalasan sebagai hak sah mereka untuk membela diri. “Korps Garda Revolusi Islam sangat menyadari medan perang gabungan dan berskala penuh ini dan tidak akan pernah terintimidasi oleh tuntutan Trump dan geng kriminal yang berkuasa di Gedung Putih dan Tel Aviv,” demikian pernyataan IRGC.

Korps Garda Revolusi Islam mengatakan “rezim kriminal Amerika” tidak mengambil pelajaran dari perang Timur Tengah di masa lalu dan akan menanggung akibatnya setelah mengebom Iran.
“Pengulangan kegagalan AS di masa lalu menunjukkan ketidakmampuan strategis dan ketidakpedulian terhadap kenyataan di lapangan,” kata IRGC dalam sebuah pernyataan. “Alih-alih belajar dari kegagalan yang berulang-ulang, Washington justru menempatkan dirinya di garis depan agresi dengan secara langsung menyerang instalasi [nuklir] yang damai.”
Pasukan paramiliter mengatakan lokasi penerbangan pesawat AS yang ikut serta dalam serangan itu “telah diidentifikasi dan dipantau”. “Jumlah, penyebaran, dan ukuran pangkalan militer AS di wilayah tersebut bukanlah sebuah kekuatan, namun justru melipatgandakan kerentanannya,” IRGC memperingatkan.
Menteri Pertahanan AS Pete Hegseth mengakui AS menyiapkan serangan selama berbulan-bulan. “Ini adalah rencana yang memerlukan penentuan posisi dan persiapan selama berbulan-bulan dan berminggu-minggu, sehingga kami bisa siap ketika Presiden Amerika Serikat menelepon,” katanya kepada wartawan.

"Hal ini memerlukan ketelitian tinggi. Hal ini melibatkan penyesatan dan keamanan operasional tingkat tertinggi. Pesawat pembom B-2 kami masuk dan keluar dari lokasi nuklir ini tanpa sepengetahuan dunia sama sekali."
Jenderal AS Dan Caine, Kepala Staf Gabungan AS mengatakan serangan terhadap Iran “direncanakan dan dilaksanakan di berbagai bidang” militer. Dia membenarkan bahwa pesawat pengebom B-2 diluncurkan dari Amerika Serikat pada Jumat untuk penerbangan 18 jam menuju sasaran mereka untuk “paket serangan”.
“Operasi Midnight Hammer” mencakup beberapa manuver “penipuan dan umpan”. Tembakan pemadaman berkecepatan tinggi digunakan untuk melindungi B-2, dan Caine mengatakan tidak ada indikasi “ada tembakan yang dilepaskan” oleh pertahanan Iran. “Pesawat tempur Iran tidak terbang dan tampaknya sistem rudal Iran tidak melihat kita,” kata Caine pada konferensi pers di Pentagon.