Sabtu 21 Jun 2025 14:39 WIB

Prabowo Pilih SPIEF 2025 daripada Hadiri KTT G7, Putin Tepuk tangan

Indonesia sejak dahulu selalu nonblok, kami menghormati semua negara.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Presiden Prabowo Subianto menjadi pembicara utama Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di ExpoForum Convention and Exhibition Centre, Saint Petersburg, Rusia, Jumat (20/6/2025).
Foto: Republika/Erik Purnama Putra
Presiden Prabowo Subianto menjadi pembicara utama Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di ExpoForum Convention and Exhibition Centre, Saint Petersburg, Rusia, Jumat (20/6/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SAINT PETERSBURG -- Presiden RI Prabowo Subianto menjelaskan alasannya tidak menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G7 di Kananaskis, Provinsi Alberta, Kanada pada 15-17 Juni 2025. Dia kemudian memutuskan menghadiri Saint Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di St Petersburg, Rusia, Jumat (20/6/2025).

Presiden Prabowo menegaskan, dirinya tidak menghadiri KTT G7 bukan karena tidak menghormati G7, yang pada pertemuan kali ini dipimpin oleh Kanada. Menurut Prabowo, ia mendapat undangan lebih dulu dari Presiden Rusia Vladimir Putin untuk berkunjung ke negeri Beruang Merah tersebut.

Baca Juga

"Saya ditanya, mengapa saya tidak menghadiri (KTT) G7, tetapi saya menghadiri Saint Petersburg Forum 2025, itu bukan karena saya tidak menghormati G7, melainkan saya telah berkomitmen untuk menghadiri forum ini sebelum mereka (G7) mengundang saya," kata Prabowo saat berpidato dalam sesi panel SPIEF 2025, sebagaimana disaksikan wartawan Republika, Erik Purnama Putra di lokasi.

Dia mengaku, sangat jujur menyampaikan alasan di hadapan ratusan pebisnis dan tokoh pemerintahan tersebut. "Itu satu-satunya alasan saya," ucap Prabowo yang kemudian disambut dengan riuh tepuk tangan peserta forum.

Dalam pidato yang sama, Prabowo juga meminta pengamat politik untuk tidak mengaitkan kehadirannya di SPIEF di St. Petersburg, Rusia, dengan sikap politik tertentu. Dia menegaskan, garis politik luar negeri Indonesia adalah nonblok dan bebas aktif.

"Indonesia sejak dahulu selalu nonblok, kami menghormati semua negara. Kebijakan luar negeri Indonesia sangat sederhana, satu frasa, seribu teman terlalu sedikit, satu musuh terlalu banyak. Kami ingin berteman dengan semua," kata Prabowo yang disambut kembali dengan riuh tepuk tangan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement