Kamis 05 Jun 2025 21:49 WIB

Marah ke Suporter Persikas, KDM Disebut Lupa Falsafah Siliwangi

KDM marah hanya karena Hanya karena pendukungnya membentangkan bendera Persikas

Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi murka ketika mengisi acara Abdi Nagri Nganjang Ka Rakyat yang diketahui berlangsung di Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Rabu (28/5).
Foto: Tangkapan Layar
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi murka ketika mengisi acara Abdi Nagri Nganjang Ka Rakyat yang diketahui berlangsung di Desa Sukamandijaya, Kecamatan Ciasem, Kabupaten Subang, Rabu (28/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Lingkaran Intelegensia Nusantara  Hernawan, mengkritik kemarahan besar Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi  (KDM) kepada wong cilik supporter Persikas, yang sebenarnya pendukungnya sendiri.

Menurut Hernawan, kemarahan KDM tersebut sebagai bentuk arogansi yang mencerminkan sikap yang jauh dari falsafah hidup Siliwangi. Yaitu, silih asah, silih asih dan silih asuh.

"Mungkin KDM sudah lupa falsafah hidup Siliwangi  yang sering disampaikannya sendiri dalam berbagai kesempatan pidato,” katanya, dqlam siaran pers, Rabu (4/6/2025).

Sebelumnya, KDM marah besar kepada sekolompok pencinta klub sepakbola Persikas karena membentangkan bendera kesayangnya di sebuah acara Nganjang ka Warga di Desa Sukamandi Jaya Kecamatan Ciasem, Subang Rabu malam (28/5/2025).

Saat itu, KDM yang awalnya duduk langsung berdiri dan menunjuk sekumpulan fans Persika. “.....Ga mikir kamu. Ini forum saya, bukan Persikas. Dan Persikas bukan urusan saya. Kamu anak muda ga punya otak,” ungkap Dedi sambil berteriak kencang dan menunjuk orang-orang tersebut yang sebenarnya pendukung KDM juga. Para suporter Persikas yang kena marah besar KDM pun langsung dibawa ke Kantor Polisi setempat untuk diperiksa.

Menurut Hernawan, pada forum terbuka seperti itu, KDM sebaiknya bisa tampil lebih bijak dan tidak emosional. Apalagi sebagai pemimpin Jawa Barat, KDM sering mengutip ajaran para leluhur tentang pentingnya bersikap welas asih kepada rakyat.

“Saat KDM mengamuk itu, buat saya,  telah menjadi tontonan buruk yang tak enak dilihat. KDM  tampak sangat temperamental dengan emosi yang tak terkendali. Saya sedih, karena yang dimarahi itu adalah orang kecil gara-gara masalah yang sangat sepele,” ungkapnya.

Hernawan mengaku sangat maklum jika kemarahan itu akibat dari hinaan, cacian atau fitnah dari warga kepada KDM. Hanya karena membentangkan bendera Persikas sejumlah fans nya harus dimurkai, KDM sudah berlebihan.

Jika cara KDM dalam memimpin seperti ini terus berlangsung, ia memprediksi masa bulan madu KDM dengan rakyat bisa berakhir lebih cepat. Apalagi, dalam kontek ekpektasi mayoritas warga Jabar kepada KDM yang sangat tinggi.

“Harus diingat, apapun  yang dilakukan KDM itu harus berujung pada hasil. Dan jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan besar rakyat, baik masalah kesejahteraan maupun  pembangunan, maka  kemesraan KDM dengan warga Jabar akan memasuki masa kadaluarsa,” tegasnya.

Karena itulah, Hernawan mengingatkan KDM untuk segera introspeksi diri. Ia harus segera mengingat kembali falsafah Jawa yang juga sering dia kutip. Yaitu ajaran Tri Tangtu dan Papat Kalima Pancer.

Salah satu dari ajaran itu, jelasnya,  tentang Pancer Praja Jayaning rat, bahwa  kekuatan seorang pemimpin terletak pada kemampuannya membahagiakan  rakyat. Termasuk, Manunggaling Kawula Gusti, yaitu ajaran untuk menyatukan diri dengan sang Maha Pencipta.

“Kalau spiritualitas KDM sudah sampai pada maqom itu, harusnya dia tak lagi terpancing emosinya dengan mengumbar banyak energi yang tak perlu hanya karena masalah sepele,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement