REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Tamsil Linrung menyampaikan apresiasi atas keberhasilan Provinsi Maluku Utara dalam mengakselerasi hilirisasi dan mencetak pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia. Menurutnya, keberhasilan ini menunjukkan bahwa jalur menuju visi pertumbuhan nasional 8 persen yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto semakin memiliki pijakan nyata di daerah.
"Pertumbuhan spektakuler Maluku Utara memberi pelajaran penting bagi Indonesia yang sangat agresif melakukan hilirisasi. Best practice tersebut harus direplikasi ke provinsi lain untuk mencapai target pertumbuhan 8 persen," kata Tamsil saat memimpin kunjungan kerja Komite I DPD RI di Ternate (17/11/2025).
Diketahui, perekonomian Maluku Utara tumbuh 32,09 persen pada Triwulan II. Tren itu belanjut pada Triwulan III yang bahkan tembus 39,10 persen.
Angka tersebut merupakan yang tertinggi secara nasional. Maluku Utara konsisten melanjutkan tren pertumbuhan yang menguat sejak tahun sebelumnya.
Tamsil memandang capaian tersebut merupakan hasil langsung hilirisasi yang disambut dengan ekosistem investasi serta tata kelola daerah yang bekerja secara efektif.
"Hilirisasi tidak hanya konsep dalam dokumen kebijakan. Di Maluku Utara, kita dapat melihat bagaimana hilirisasi menggenjot nilai tambah dan mendorong akselerasi ekonomi daerah. Ini contoh konkret bagaimana kebijakan nasional dapat bekerja dari daerah,” ujar Tamsil.
Tamsil menilai pemerintah daerah harus proaktif menyambut momentum hilirisasi. Caranya yakni dengan memperkuat fondasi birokrasi, mempercepat proses perizinan, serta menyiapkan infrastruktur pendukung menuju kawasan industri strategis.
Pendekatan ini mendorong munculnya efek pengganda yang besar bagi sektor logistik, jasa, perhotelan, dan aktivitas ekonomi lokal lainnya. Daerah dapat tumbuh jauh di atas rata-rata nasional ketika kebijakan hilirisasi diimplementasikan secara disiplin dan terintegrasi.
Menyinggung soal hilirisasi berbasis sumber daya alam pertambangan, Tamsil mengingatkan agar pemerintah daerah berpikir jangka panjang pascatambang. Ia menyoroti pentingnya menjaga keberlanjutan pertumbuhan dengan diversifikasi perekonomian agar tidak melulu bergantung pada sumber daya alam.
Tamsil mengingatkan tentang pentingnya memikirkan masa depan ekonomi pascatambang. Ia menilai sektor pertambangan dan sumber daya alam memiliki batas usia, sehingga daerah harus menyiapkan diversifikasi ekonomi sejak dini.
“Pertambangan hanyalah milestone. Ketergantungan pada SDA tidak boleh berkepanjangan,” kata Tamsil.
Tamsil menilai keberhasilan hilirisasi baru sepenuhnya berarti ketika daerah mampu memperluas basis penggerak ekonominya. Ia mencontohkan Maluku Utara yang kini mulai merambah hilirisasi sektor pertanian, khususnya komoditas kelapa, yang nilai tambahnya meningkat signifikan.
"Ini sinyal kuat menghidupkan kembali primadona Maluku Utara sebagai Spice Island," kata Tamsil.
Tamsil menegaskan komitmen lembaganya untuk terus mengawal sinkronisasi kebijakan pusat-daerah, terutama yang berkaitan dengan hilirisasi, kinerja fiskal, dan percepatan pembangunan. Menurutnya, praktik baik seperti di Maluku Utara dapat dikonversi menjadi referensi kebijakan nasional. Sehingga semakin banyak daerah menikmati pertumbuhan tinggi yang berkelanjutan.
Ia juga meminta pemerintah pusat memberikan insentif khusus pada daerah yang berhasil berkontribusi signifikan pada agenda pembangunan nasional. Menurutnya, reward yang paling dibutuhkan saat ini adalah peningkatan dana transfer ke daerah yang belakangan memang banyak disuarkan.
"Sistem penghargaan berbasis kinerja pasti bakal memacu orkestra pertumbuhan dari daerah," kata Tamsil.