Selasa 03 Jun 2025 21:25 WIB

Gubernur Luthfi Akui Upah Buruh di Jawa Tengah Rendah

Luthfi mengaku sudah membahas hal itu dengan kalangan kelompok buruh dan pengusaha.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Mas Alamil Huda
Ratusan buruh dari berbagai daerah di Jawa Tengah (Jateng) kembali menggelar unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jateng, Semarang, Rabu (18/12/2024).
Foto: Kamran Dikarma/Republika
Ratusan buruh dari berbagai daerah di Jawa Tengah (Jateng) kembali menggelar unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jateng, Semarang, Rabu (18/12/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, KENDAL -- Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ahmad Luthfi mengakui sejauh ini upah minimum kabupaten/kota (UMK) di provinsi yang dipimpinnya masih rendah. Hal itu disampaikannya ketika melakukan kunjungan ke Kawasan Industri Kendal, Selasa (3/6/2025).

"Upah buruh kita, UMK kita, memang dari standar nasional, rendah," ujar Luthfi.

Baca Juga

Kendati demikian, dia mengaku sudah membahas hal tersebut dengan kalangan kelompok buruh dan pengusaha. Luthfi mengatakan, saat ini yang dapat dilakukan Pemprov Jateng hanya sebatas meringankan keseharian buruh.

Misalnya, dengan mengharuskan perusahaan dan kawasan industri di Jateng menyiapkan daycare atau tempat penitipan anak. Nantinya daycare bakal menjadi fasilitas bagi buruh di perusahaan atau kawasan terkait untuk menitipkan anaknya ketika mereka bekerja.

Upaya lainnya adalah dengan membentuk koperasi buruh. Barang-barang atau produk di koperasi tersebut disuplai langsung oleh produsen. Dengan demikian, harga barang atau produk di koperasi lebih murah.

"Sehingga daya beli buruh kita akan nambah. Sehingga upah UMK kita bisa terjangkau karena kebutuhan buruh sudah kita laksanakan," kata Luthfi.

Pada peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day pada 1 Mei 2025 lalu, ratusan buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) menggelar unjuk rasa di depan Kantor Gubernur Jateng, Semarang. Dalam aksinya, mereka menyuarakan penolakan atas upah murah demi mendorong investasi.

Dalam aksinya, sebagian massa mengenakan pakaian adat Jawa. Salah satu isu yang disuarakan dalam unjuk rasa tersebut adalah perihal upah. "Dari tahun ke tahun kita turun ke jalan menyuarakan hak-hak kita. Berarti dari tahun ke tahun negara ini layak tidak memberikan apresiasi kepada pekerja? Belum layak sama sekali," ujar salah seorang anggota KSPN Jateng yang menjadi orator.

"Buruh di Jawa Tengah belum layak terkait dengan pendapatan kita. Boro-boro piknik, berangkat dan pulang kerja, untuk makan saja tidak cukup," tambah orator.

Ketua KSPN Jateng Nanang Setyono mengatakan, dalam momentum peringatan May Day, organisasinya kembali menyerukan pemerintah untuk meninjau kembali sistem pengupahan terhadap buruh, khususnya di Jateng. "Buruh Jawa Tengah upahnya sampai sekarang masih sangat rendah," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement