REPUBLIKA.CO.ID, KYIV -- Militer Ukraina melancarkan serangan pesawat nirawak "skala besar" jauh ke wilayah Rusia, yang menurut pejabat keamanan menghancurkan 40 pesawat pengebom negeri Beruang Merah tersebut, termasuk Tu-95 dan Tu-22M3. Serangan drone besar-besaran ke pangkalan udara Rusia itu dilakukan saat kedua negara bersiap untuk putaran perundingan berikutnya di Istanbul, untuk menjajaki prospek gencatan senjata.
Sumber keamanan Ukraina mengatakan kepada CBS News bahwa serangan yang disebut "Operasi Jaring Laba-laba", memakan waktu lebih dari satu setengah tahun untuk dilaksanakan dan diawasi secara pribadi oleh Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Akibat serangan pesawat nirawak di wilayah Irkutsk, Rusia pada Ahad (1/6/2025), asap mengepul di atas area tersebut menyusul apa yang disebut oleh otoritas setempat sebagai serangan pesawat drone terhadap unit militer di permukiman Sredny.
Dalam pidato malamnya, Presiden Zelenskyy mengatakan, sebanyak 117 pesawat nirawak telah digunakan dalam operasi tersebut. Dia mengeklaim, operasi tersebut berpusat di sebuah kantor di sebelah kantor pusat FSB setempat. FSB adalah badan intelijen dan keamanan Rusia.
Badan Keamanan Ukraina menyelundupkan drone ke dalam atap kabin kayu bergerak yang diangkut truk ke wilayah terjauh Rusia, kata sumber keamanan Ukraina. Pada saat serangan, atap dibuka dari jarak jauh, sehingga pesawat nirawak dapat lepas landas.
Drone tersebut kemudian menghantam lapangan udara termasuk pangkalan udara Belaya di wilayah Irkutsk, Rusia, lebih dari 2.500 mil atau sekitar 4.000 kilometer (km) dari Ukraina. Torehan adalah pertama kalinya pesawat nirawak Ukraina terlihat di wilayah tersebut, kata Gubernur Irkutsk Igor Kobzev kepada AP, menekankan bahwa drone tersebut tidak menimbulkan ancaman bagi warga sipil.
Badan Keamanan Ukraina mengatakan, operasi tersebut telah menghancurkan 34 persen armada pembawa rudal udara Rusia dengan kerugian yang diperkirakan mencapai 7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 114 triliun. Hanya saja, klaim tersebut tidak dapat diverifikasi secara independen.
Sementara juru bicara Gedung Putih menolak berkomentar mengenai serangan tersebut, sumber-sumber pemerintahan mengatakan kepada CBS News pada Ahad menyinggung, Gedung Putih tidak menyadari serangan itu akan terjadi. Serangan drone terjadi ketika Kyiv mengumumkan serangan militer Rusia menewaskan sedikitnya 12 tentara di sebuah lokasi pelatihan militer.
Angkatan udara Ukraina mengatakan, setidaknya 472 pesawat nirawak Rusia diluncurkan, jumlah terbesar sejak invasi skala penuh tiga tahun lalu. "Pasukan Rusia juga meluncurkan tujuh rudal bersamaan dengan rentetan pesawat nirawak," kata Kepala Komunikasi Angkatan Udara Ukraina, Yuriy Ignat.
Serangan drone yang belum pernah terjadi sebelumnya jauh di dalam Rusia, menargetkan puluhan pembom strategis di beberapa pangkalan, menjadi sangat penting bagi Ukraina. Serangan luas itu terjadi sesaat sebelum Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa ia akan mengirim delegasi yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Rustem Umerov ke pembicaraan gencatan senjata dengan Rusia di Istanbul pada Senin.
Ukraina tidak memberi tahu pemerintahan Trump tentang serangan itu sebelumnya, kata seorang pejabat Ukraina. Seorang pejabat AS juga mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintahan Trump tidak diberi tahu tentang serangan tersebut.