Rabu 21 May 2025 07:04 WIB

Pramono Bertekad Bereskan Tiang-Tiang Monorel Mangkrak di Jakarta

Tiang-tiang tersebut dibereskan agar tidak mengganggu estetika kota.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Sejumlah baliho KTT ASEAN terpasang di tiang bekas proyek Monorel di Jalan Rasuna Said, Jakarta, Ahad (3/9/2023). Berbagai persiapan dilakukan panitia jelang pelaksanaan KTT ASEAN ke-43 yang berlangsung pada 5-7 September 2023. Salah satunya yaitu memasang baliho/spanduk di sejumlah titik untuk memerihakan pelaksanaan KTT ASEAN.
Foto: Republika/Prayogi
Sejumlah baliho KTT ASEAN terpasang di tiang bekas proyek Monorel di Jalan Rasuna Said, Jakarta, Ahad (3/9/2023). Berbagai persiapan dilakukan panitia jelang pelaksanaan KTT ASEAN ke-43 yang berlangsung pada 5-7 September 2023. Salah satunya yaitu memasang baliho/spanduk di sejumlah titik untuk memerihakan pelaksanaan KTT ASEAN.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Jakarta Pramono Anung berencana menyelesaikan permasalahan dalam pembangunan monorel yang mangkrak. Pasalnya, keberadaan 90 tiang monorel yang berada di Jalan Rasuna Said dan Jalan Asia Afrika itu dianggap mengganggu estetika Jakarta. 

Pramono mengungkapkan, dirinya tidak jarang merasa terganggu dengan keberadaan tiang monorel ketika melintas di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan. Karena itu, ia ingin tiang-tiang tersebut dibereskan agar tidak mengganggu estetika kota.  

Baca Juga

"Kalau teman-teman sekalian lewat di Rasuna Said maupun di Senayan, ada kolom-kolom untuk monorel yang sampai hari ini semuanya enggak mau nyentuh untuk diselesaikan. Kalau bagi saya pribadi, ini adalah hal yang harus diselesaikan," kata dia, Selasa (20/5/2025).

Pramono mengatakan, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta tidak mungkin untuk melanjutkan proyek monorel. Apalagi, mimpi Jakarta untuk memiliki moda transportasi massa seperti monorel sebenarnya sudah bisa diwujudkan dengan hadirnya LRT. 

Namun, menurut dia, sisa pembangunan monorel yang tak dituntaskan masih juga terbengkalai. Ia menilai, harus ada penyelesaian yang konkret agar tiang-tiang pancang monorel itu tidak terus mengganggu keindahan Jakarta. 

"Bagi pemerintah Jakarta, ini sangat mengganggu. Tiang-tiang yang tidak berfungsi itu akan diapakan? Apakah dibersihkan? Apakah dibuat apa? Tentunya harus ada keputusan untuk itu, gak bisa kemudian dibiarkan begitu saja dari waktu ke waktu," ujar dia.

Ia menilai, selama ini tidak ada pihak yang mau menyentuh masalah itu lantaran tak mau pusing memikirkannya. Namun, ia menegaskan, masalah itu mesti diselesaikan.

Ketika ditanya solusi penyelesaiannya, Pramono belum bisa memastikan. Ia menilai, hal itu tergantung kepada putusan terkait. 

"Tergantung putusannya, apakah, kan ini kan sudah sesuatu yang lewat lama banget. Semua orang enggak mau nyentuh, karena memang ya ini kan ada persoalan hukumnya. Tapi bagi saya enggak, karena ini menggagu keindahan Jakarta," kata dia.

Sebagai informasi, sejarah panjang monorel telah dimulai sejak tahun 2004, ketika Jakarta dipimpin Gubernur Sutiyoso. Adalah PT Adhi Karya yang akan membangun proyek transportasi massal tersebut. Tiang pancang pertama monorel diresmikan oleh Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri.

Pada waktu itu, monorel juga dirancang sebagai salah satu moda transportasi yang akan menghubungkan Jakarta dengan kota-kota satelit di sekitarnya. Namun, proyek itu berhenti di tengah jalan karena masalah dana.

Kemudian, pada Oktober 2013, proyek monorel diambil alih oleh PT Jakarta Monorail. Saat itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang melakukan groundbreaking untuk proyek tersebut.

Namun, hingga enam bulan pasca peletakan batu pertama, belum ada juga kata sepakat antara Pemprov DKI Jakarta dengan PT Jakarta Monorail, terkait sejumlah poin penting dalam pembangunan monorel. Singkat cerita, monorel tak pernah terealisasi di Jakarta.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement