REPUBLIKA.CO.ID, Media the Guardian, pada Jumat (16/5/2025), menurunkan laporan yang menyebutkan bahwa Iran menyepakati proposal negosiasi dari Amerika Serikat (AS) terkait masa depan program nuklirnya. Dalam laporan itu, Teheran disebut 'sepakat' untuk membekukan sementara program pengayaan uraniumnya untuk kurun 3 tahun.
Dalam perundingan di Oman, utusan AS untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff, dilaporkan menyerahkan proposal kepada tim negosiasi dari Iran yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi soal garis-garis besar tuntutan Washington. Menurut laporan the Guardian, Araghchi didesak oleh para mediator untuk menerima usulan penghentian pengayaan uranium selama 3 tahun untuk membangun kepercayaanmu. Periode itu kemudian akan diakhiri dengan diperbolehkannya Iran mengayakan Uranium namun dalam batas 3,75 persen pemurnian.
Ambang batas pemurnian uranium sebesar 3,75 persen itu sebenarnya sama dengan perjanjian JCOPA yang pernah dicabut oleh Trump pada 2018. Untuk kepentingan sipil, Rusia disebut akan menyediakan kebutuhan uranium Iran.
Laporan the Guardian juga mengutip klaim Ali Shamkhani, seorang politisi senior sekaligus penasihat Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Menurut Shamkhani, Iran siap berkompromi dan kesepakatan bisa terjadi asalkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak ikut-ikutan mempengeruhi proses negosiasi.
Shamkhani mengatakan, Teheran akan berkomitmen untuk tidak membuat senjata nuklir, membuang stok uranium dengan tingkat pemurnian tinggi. hanya melakukan pengayaan uranium untuk kebutuhan sipil, dan mempersilakan inspektorat pemeriksa IAEA melakukan pengawasan. Imbalannya, sanksi-sanksi ekonomi terhadap Iran dicabut.
