REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat senior Presiden AS Donald Trump sedang menyusun rencana untuk merelokasi sekitar setengah dari populasi sekitar 2,2 juta orang Jalur Gaza yang terkepung ke Libya, menurut laporan yang diterbitkan pada Jumat. Rencana tersebut akan memindahkan hingga satu juta warga Palestina ke negara Afrika Utara tersebut, lapor NBC News, mengutip lima sumber yang mengetahui rencana itu.
Dua dari sumber tersebut mengatakan usulan tersebut telah berkembang cukup jauh hingga dibahas langsung dengan pimpinan Libya.
AS telah menawarkan untuk mencairkan miliaran dolar dana Libya yang dibekukan jika negara itu setuju menampung warga Palestina yang mengungsi, kata tiga dari sumber itu. Mereka mengatakan pemerintah Israel telah mengikuti perkembangan pembicaraan tersebut dan menekankan bahwa belum ada kesepakatan final yang dicapai.
Trump mengatakan pada Kamis bahwa AS seharusnya mengambil alih Gaza dan mengubahnya menjadi zona kebebasan.
"Saya punya konsep untuk Gaza yang menurut saya sangat bagus, jadikan itu zona kebebasan, biarkan Amerika Serikat terlibat dan jadikan itu zona kebebasan,” katanya kepada wartawan di Qatar sebelum berangkat ke Uni Emirat Arab, tujuan terakhir dari kunjungannya di Teluk.
"Buat zona kebebasan yang sesungguhnya, karena tampaknya Gaza, setiap waktu, setiap 10 tahun, selalu terjadi lagi, bahkan lebih dari itu. Sebenarnya terus berulang. Itu tidak pernah menyelesaikan masalah Gaza,” ucapnya.
Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan kepada Anadolu bahwa laporan tersebut tidak benar. Seorang mantan pejabat AS mengatakan kepada NBC News bahwa jumlah warga Palestina yang bersedia secara sukarela meninggalkan Gaza masih belum pasti dan menyebutkan bahwa para pejabat sedang mempertimbangkan untuk menawarkan insentif finansial, termasuk tempat tinggal gratis dan tunjangan, agar mereka mau pindah.
Kendati demikian, terdapat tantangan logistik dan keuangan yang besar terkait rencana tersebut. Libya tetap berada dalam kekacauan sejak 2011, ketika penguasa lama Muammar Gaddafi digulingkan setelah berkuasa selama empat dekade.
Bentrokan bersenjata kembali meletus pekan ini di ibu kota Tripoli, tetapi gencatan senjata berhasil disepakati pada hari Rabu setelah dua hari pertempuran. Serangan dimulai pada hari Senin setelah kematian Abdel Ghani al-Kikli, mantan kepala Aparat Dukungan Stabilitas yang berafiliasi dengan Dewan Kepresidenan Libya.