REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS – Pihak berwenang Suriah telah menahan dua anggota senior Brigade al-Quds, faksi militer Jihad Islam Palestina (PIJ) pada Selasa (23/4/2025). Penangkapan itu dilakukan setelah Amerika Serikat menjanjikan pencabutan sanksi ekonomi dengan syarat tak ada lagi pejuang Palestina di Suriah.
Keduanya disebut mengambil bagian dalam serangan terhadap Israel dari Gaza pada Oktober 2023, kata sayap bersenjata kelompok tersebut dan seorang pejabat Suriah pada hari Selasa.
Penangkapan itu terjadi beberapa minggu setelah seorang pejabat AS menyerahkan delapan tuntutan kepada menteri luar negeri Suriah dalam sebuah konferensi di Brussels menurut laporan Reuters bulan lalu. Sumber mengatakan salah satu syaratnya adalah menjaga jarak dari kelompok pejuang Palestina yang didukung Iran.
Menurut outlet berita Al Majalla, AS menuntut pemerintahan sementara Suriah secara terbuka melarang semua kegiatan bersenjata dan politik Palestina, dan mendeportasi anggota kelompok-kelompok ini untuk “meredakan kekhawatiran Israel”.
Tuntutan lainnya termasuk mengizinkan operasi kontraterorisme AS di Suriah terhadap mereka yang dianggap sebagai ancaman, menetapkan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran sebagai organisasi teroris dan pembentukan tentara Suriah yang bersatu tanpa pejuang asing yang memegang peran komando utama.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan pada Selasa, sayap bersenjata PIJ mengatakan bahwa Khaled Khaled, ketua kelompok tersebut cabang Suriah, dan Abu Ali Yasser, ketua komite eksekutifnya di Suriah, ditahan lima hari yang lalu.
Brigade Al-Quds mengatakan penangkapan itu terjadi “tanpa penjelasan apa pun” dan “dengan cara yang tidak kami harapkan dari saudara-saudara kami, yang tanahnya selalu menjadi pelindung bagi orang-orang yang setia dan bebas”.
“Kami telah terus menerus memerangi musuh Zionis selama lebih dari satu setengah tahun di Jalur Gaza tanpa menyerah,” katanya. “Kami berharap dapat bantuan dan penghargaan dari saudara-saudara Arab kami, bukan sebaliknya.”
Seorang pejabat dari kementerian dalam negeri Suriah mengkonfirmasi penahanan tersebut, namun tidak menanggapi pertanyaan lanjutan tentang mengapa pasangan tersebut ditangkap. Sumber Palestina di Damaskus juga membenarkan penangkapan tersebut.
PIJ bergabung dengan sekutunya Hamas, kelompok penguasa di Gaza, dalam serangan terhadap Israel pada 2023. PIJ adalah penerima dana dan pelatihan dari Iran, dan telah lama memiliki kantor pusat di luar negeri di Suriah dan Lebanon.
Kelompok ini telah menjadi sasaran serangan udara Israel dalam beberapa bulan terakhir, termasuk serangan tanggal 14 November di pinggiran kota Damaskus yang menewaskan 15 orang, termasuk beberapa anggota PIJ.
Serangan lainnya, pada 13 Maret, menargetkan rumah Ziyad al-Nakhalah, pemimpin kelompok Palestina. Pejabat PIJ mengatakan rumah tersebut telah kosong selama bertahun-tahun dan Nakhalah tidak berada di Suriah.
Pada Desember, setelah jatuhnya penguasa lama Suriah Bashar al-Assad, media Israel melaporkan bahwa Nakhalah telah meninggalkan negara itu, karena khawatir akan pembunuhan oleh Israel.
Kepemimpinan baru kelompok Islam di Damaskus telah memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran dan berharap dapat membangun kembali dukungan regional dan internasional terhadap Suriah, termasuk menghilangkan sanksi dan mendanai rekonstruksi setelah perang saudara yang brutal selama 14 tahun.
