REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Di sela proses negosiasi program nuklirnya dengan Amerika Serikat (AS), Iran melapor kepada China terkait dugaan adanya 'gangguan' dari pihak Israel. Seperti dilaporkan Al Jazeera, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi pada Selasa (22/4/2025) akan berkunjung ke Beijing untuk mendiskusikan perkembangan proses negosiasi.
Kunjungan ke Beijing sejalan dengan 'konsultasi' Teheran dengan Rusia pekan lalu sebelum pembicaraan kedua digelar di Roma, Italia Sabtu (19/4/2025) lalu. Adapun, pertemuan ketiga antara Araghchi dan utusan AS, Steve Witkoff dijadwalkan akan digelar kembali pada akhir pekan ini
Sebelumnya, Araghchi mengatakan, Teheran selalu berkonsultasi dengan sekutu mereka, Rusia dan China terkait masalah nuklir. "Adalah alamiah bahwa kami berkonsultasi dan bertaklimat dengan China terkait perkembangan terakhir dari pembicaraan tidak langsung Iran-AS," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmail Baqaei.
Rusia dan China, dua kekuatan nuklir dunia, diketahui adalah penandatangan kesepakatan nuklir antara Iran, AS , dan Negara Barat pada 2015. Kesepakatan yang dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), itu kemudian runtuh usai Donald Trump menarik diri pada 2018.
Teheran telah berulang kali membantah tuduhan AS dan Israel soal kepemilikian senjata nuklir. Dan pada Senin (21/4/2025), Menteri Luar Negeri China, menegaskan, hubungan erat antara Beijing dan Teheran, namun tidak mengonfirmasi kunjungan Araghchi ke Beijing.
"China dan Iran telah mempertahankan komunikasi dan kontak di semua level dan ragam bidang. Terkait kunjungan yang disebutkan, kami tidak memiliki informasi itu hingga saat ini, kata juru bicara Kemenlu China, Guo Jiakun.
Pada pekan lalu, Araghchi bertemu dengan Menlu Rusia, Sergey Lavrov, sebelum ia melakoni negosiasi tahap dua bersama Witkoff. Pada Senin, Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani perjanjian kemitraan strategis untuk jangka waktu 20 tahun bersama Iran.
Pada Senin, Baqaei menuduh Israel tengah berupaya mengganggu proses negosiasi antara Iran dan AS untuk membuka jalan serangan militer terhadap Teheran. Kepada AFP, Baqaei menuding Israel di balik upaya dari sebuah koalisi untuk "menggagalkan dan mengganggu proses diplomatik".
"Di antara (koalisi) itu adalah serangkaian provokasi perang dari pejabat AS dan figur dari beberapa faksi," kata Baqaei.
Pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan, Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir. Pernyataannya keluar sehari setelah New York Times melaporkan bahwa Trump mencegah Israel menyerang fasilitas nuklir Iran pada awal Mei dan memprioritaskan diplomasi.