Senin 21 Apr 2025 18:35 WIB

Soal Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Jubir Istana: Kami Merasa Apa Salahnya?

Mantan-mantan presiden dinilai sudah layak untuk mendapat penghormatan.

Aktivis yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan saat Aksi Kamisan ke-857 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (10/4/2025). Massa aksi menolak rencana pemberian gelar pahlawan kepada mantan presiden ke-2 RI Soeharto karena merupakan bentuk pengingkaran terhadap jutaan korban pelanggaran HAM selama masa Orde Baru. Selain itu massa juga menyerukan penolakan terhadap UU TNI dan meminta agar TNI untuk kembali ke barak, juga penolakan terhadap segala bentuk perampasan ruang hidup warga yang terjadi di Indonesia.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Aktivis yang tergabung dalam Jaringan Solidaritas Korban untuk Keadilan saat Aksi Kamisan ke-857 di depan Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (10/4/2025). Massa aksi menolak rencana pemberian gelar pahlawan kepada mantan presiden ke-2 RI Soeharto karena merupakan bentuk pengingkaran terhadap jutaan korban pelanggaran HAM selama masa Orde Baru. Selain itu massa juga menyerukan penolakan terhadap UU TNI dan meminta agar TNI untuk kembali ke barak, juga penolakan terhadap segala bentuk perampasan ruang hidup warga yang terjadi di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Presiden RI Prasetyo Hadi menilai wajar seorang mantan presiden diusulkan sebagai pahlawan nasional. Prasetyo menganggap tidak ada yang salah dengan usulan menjadikan presiden ke-2 RI H.M. Soeharto sebagai pahlawan nasional.

"Kami merasa apa salahnya? Menurut kami, mantan-mantan presiden itu sudah sewajarnya untuk mendapatkan penghormatan dari bangsa dan negara. Jangan selalu melihat yang kurangnya, kita lihat prestasinya," kata Prasetyo Hadi menjawab pertanyaan wartawan saat ditemui di Wisma Negara, Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Senin.

Baca Juga

Prasetyo lantas menyebutkan Presiden RI Prabowo Subianto dalam beberapa kesempatan selalu menekankan Indonesia bisa dalam posisinya saat ini karena jasa-jasa pendahulu, mulai dari Bapak Proklamator sekaligus presiden ke-1 RI Soekarno, presiden ke-2 RI Soeharto, kemudian presiden ke-3 RI B.J. Habibie, presiden ke-4 RI  Abdurrahman Wahid, presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono, dan presiden ke-7 RI Joko Widodo.

"Semua punya jasa. Tidak mudah menjadi presiden dengan jumlah penduduk yang demikian besar. Permasalahan-permasalahan yang selalu muncul dihadapi itu tidak diketahui. Jadi, menurut saya usulan presiden ke-2 RI H.M. Soeharto menjadi pahlawan tidak ada masalah," kata Prasetyo.

Walaupun demikian, dia menyebut Istana belum membahas secara khusus usulan tersebut.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement