REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bangsa Indonesia senantiasa mengingat tanggal 21 April sebagai Hari Kartini. Sebuah momentum penghormatan bagi sosok pahlawan perempuan bernama Raden Ajeng Kartini yang telah memperjuangkan emansipasi wanita dari segala bentuk penindasan patriarki.
Kegigihannya mempertahankan hak-hak perempuan dalam pendidikan dan kesetaraan, telah menjadi inspirasi bagi banyak perempuan Indonesia hingga saat ini.
Ia menjadi cahaya yang berhasil membuktikan perempuan juga dapat memegang peranan penting, menyuarakan pendapat, dan berhak memiliki keberanian untuk bermimpi.
Meski tidak lagi sama seperti yang dialami Kartini, tetapi perjuangan perempuan terus bergulir hingga hari ini. Esensi dari buah pikirnya tetap relevan dalam mencipta ruang berkarya dan berkontribusi.
Sebab, keistimewaan dan tanggung jawab perempuan untuk menjalankan peran sebagai anak, istri, ibu, dan penggerak di masyarakat terus melekat sampai kapanpun. Maka semangat Kartini tidak boleh padam. Api semangat yang bergemeretak harus terus abadi memberi manfaat.
Sebagai satu-satunya perempuan dalam jajaran Rektorat Telkom University (Tel-U) Periode 2025-2030, Prof Dr Ratri Wahyuningtyas, ST, MM menyebutkan, Kartini adalah role model yang akan terus relevan untuk diteladani.Baginya, perjuangan Kartini telah mendukung perempuan saat ini kepada peran yang tidak terbatas.
“Kartini bagi saya adalah seorang role model perempuan yang sangat visioner, yang berani berjuang dan bersuara untuk masa depan yang lebih baik,’’ ujar Ratri.
Menurut dia, Kartini mengajarkan nilai-nilai seperti emansipasi berupa kesetaraan dalam pendidikan serta hak untuk berpikir dan bersuara sebagai jalan bagi perempuan untuk terus maju. Peran perempuan bukan untuk dibatasi, melainkan untuk diberdayakan kepada hal yang positif.
Prof Ratri mendefinisikan Kartini masa kini bukan lagi sebatas memperjuangkan hak. Lebih jauh dari itu, Kartini masa kini ialah mereka yang berdaya saing dan memberikan dampak nyata melalui perannya masing-masing.
Baik sebagai dosen, pengusaha, pekerja, bahkan sebagai ibu rumah tangga, perempuan dapat memberi manfaat dengan menciptakan para generasi unggul masa depan Indonesia dan dunia.
‘’Dengan begitu, kita bukan hanya Kartini masa kini, melainkan Kartini masa depan yang secara tangguh turut menciptakan masa depan bangsa dalam menghadapi situasi yang semakin kompleks. Sampai kapanpun nilai-nilai Kartini tetap akan menjadi pondasi dalam menciptakan perubahan dan semangat baru,” jelasnya.
Maka Prof Ratri menyimpulkan, Hari Kartini bukan sekadar seremoni, melainkan momentum untuk terus melanjutkan perjuangan perempuan dalam bentuk kepemimpinan, inovasi, dan keberanian mengambil peran di segala bidang.
Hari Kartini seyogiyanya menjadi pengingat perempuan juga memiliki kekuatan besar dalam mengubah dunia dan menciptakan masa depan. Sebagai penutup, ia berpesan agar perempuan Indonesia terus menyalakan semangat Kartini dan menjadi inspirasi kini dan nanti.
“Hari Kartini adalah pengingat bahwa setiap perempuan memiliki kekuatan yang mampu mengubah dunia, yang tentunya harus dimulai dari diri sendiri,’’ ujar Prof Ratri.
Untuk itu, kata dia, teruslah menjadi teladan dalam menumbuhkan semangat belajar tanpa henti, keberanian untuk berinovasi, dan mendorong lahirnya generasi penerus bangsa yang berdaya saing global.
‘’Mari kita terus menyalakan semangat dan nilai Kartini dalam berpikir, bersikap, berucap dan berperilaku sehingga menjadi inspirasi perubahan yang berdampak positif, hari ini maupun di masa depan,” pesan Prof Ratri.