REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) diam-diam mempersiapkan kemungkinan operasi militer yang menargetkan infrastruktur nuklir Iran, menurut beberapa indikator yang diamati di seluruh wilayah. Pergerakan aset strategis dan komunikasi diplomatik baru-baru ini menunjukkan meningkatnya ketegangan karena tenggat waktu untuk negosiasi nuklir baru semakin dekat.
Dalam beberapa hari terakhir, pengamat telah mencatat pengerahan kembali beberapa pembom siluman B-2 Spirit dari Wing Bom ke-509 Angkatan Udara AS ke Diego Garcia, pangkalan terpencil di Samudra Hindia yang sering digunakan untuk operasi serangan jarak jauh. Pemberitahuan kepada Penerbang (NOTAM) telah menetapkan zona larangan terbang di atas pulau tersebut hingga 1 Mei 2025.
Baca: Drone Bayraktar TB3 Sukses Luncurkan Rudal Supersonik IHA-122
Penempatan tersebut mencakup paket dukungan yang lebih luas: 10 pesawat pengisian bahan bakar KC-135R Stratotanker dan tiga pesawat angkut C-17 juga telah tiba di pulau tersebut dalam 48 jam terakhir. Langkah-langkah itu ditambah dengan pengawasan regional yang ditingkatkan, menunjukkan AS meningkatkan kesiapannya untuk misi serangan presisi yang potensial.
Selain itu, Grup Serangan Kapal Induk USS Carl Vinson telah meninggalkan Pasifik Barat dan saat ini sedang dalam perjalanan menuju Laut Arab, tempat USS Harry S. Truman telah melakukan operasi, termasuk serangan udara terhadap posisi Houthi di Yaman. Konvergensi dua grup kapal induk menambah bobot spekulasi tentang persiapan untuk tindakan menyerang situs nuklir Iran.
Baca: Trump Ajak Erdogan Kembangkan F-35, Asalkan Turki Bongkar S-400
Perkembangan itu terjadi ketika Presiden Donald John Trump dilaporkan mengirim surat langsung dan "tegas" kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei. Menurut Axios, Trump memberi Teheran waktu dua bulan untuk menyetujui kesepakatan nuklir baru, dengan peringatan akan "konsekuensi" jika Iran terus memajukan program nuklirnya.