REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — KRI Diponegoro-365 menjadi saksi betapa tangguhnya sang kesatria laut milik Indonesia. Kapal perang jenis Sigma ini berulang kali melintasi perairan di sekitar Surabaya, mengarungi ganasnya gelombang Laut Merah, hingga akhirnya bertengger di Mediterania untuk menjaga perbatasan Lebanon.
Kapal ini menjadi saksi kesuksesan Satgas Maritime Task Force (MTF) TNI Konga XXVIII-O/Unifil dalam menjalani misi perdamaian di Lebanon. Terukirnya sejarah kesuksesan misi ini dimulai ketika kapal perang tersebut bertolak dari Surabaya pada 11 Desember 2023.
Kapal yang dikomandani oleh Letkol Laut (P) Wirasetyo Haprabu bersama 120 personelnya langsung tancap gas menjalankan misi perdamaian di Lebanon.Ini menjadi kali pertama Haprabu memimpin KRI Diponegoro 365 ke Lebanon. Mereka pergi dengan satu misi, yakni menjadi kapal hailing atau pemeriksa kapal asing yang keluar masuk perairan Mediterania.
Misi tersebut sudah terkonfirmasi oleh PBB dan Satgas MTF dari negara lain yang juga terlibat di dalamnya. Kala ditemui di Markas Kolinlamil Jakarta Utara, saat kapal kembali dari Mediterania, Jumat (14/2/2025), Haprabu menceritakan seluruh pengalamannya.
Perjalanan pertama tidaklah mulus. Kendala mulai datang, ketika pasukannya masuk ke Laut Merah di Yaman. Kala itu, terdengar kabar adanya ancaman dari kelompok pemberontak Houthi, sehingga membuat situasi semakin memanas. Keberadaan kapal NATO di lokasi itu juga membuat laju KRI tersendat.
Kemelut tersebut akhirnya mencair kala kapal yang juga duta besar Indonesia tersebut berhasil meyakinkan pihak-pihak tertentu bahwa keberadaan KRI Diponegoro bertujuan untuk melakukan misi perdamaian.
KRI Diponegoro akhirnya diperbolehkan melaju, hingga akhirnya sampai di perairan Mediterania. Masih segar di ingatan Haprabu, ketika dirinya pertama kali sampai di perairan Mediterania. Pihaknya langsung melakukan koordinasi untuk melakukan pemeriksaan.
Kapal demi kapalpun dicegatnya. Setiap ada kapal mencurigakan masuk, Prabu mulai menggunakan pengeras suara untuk berbicara dengan nakhoda kapal tersebut, menanyakan data kapal dan mengirimkan data tersebut ke pihak Lebanon Armed Forces (LAF) Navy.
Pencegahan ini dilakukan guna mengantisipasi adanya barang-barang ilegal yang masuk seperti senjata ilegal dan sebagainya. Semua dilakukan Haprabu dan jajarannya hampir setiap hari. Tidak heran hampir 80 persen masa tugas mereka selama satu tahun dihabiskan di tengah laut.
Dari teriknya Matahari laut, hingga dinginnya angin di tengah malam telah dilalui Haprabu dan anak buahnya demi menuntaskan misi.
Selama menjalankan misi, Haprabu mengaku tidak ada barang-barang mencurigakan yang ditemukan di setiap kapal. Semua pemeriksaan berjalan dengan lancar.