Senin 10 Feb 2025 05:45 WIB

Iran: Pengusiran Warga Gaza Bertujuan Melenyapkan Palestina

Pemindahan warga Gaza jadi ancaman bagi stabilitas dan keamanan di Timur Tengah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Warga Palestina tiba di Rafah, perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir, 1 November 2023.
Foto: AP Photo/Fatima Shbair
Warga Palestina tiba di Rafah, perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir, 1 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Abbas Araghchi mengkritik tajam gagasan Presiden Amerika Serikat (AS) tentang pemindahan warga Palestina di Jalur Gaza. Aragchi menyebut hal itu merupakan ancaman bagi stabilitas dan keamanan di Timur Tengah. 

"Mengusir paksa warga Palestina dari Gaza merupakan bagian dari skema untuk melenyapkan Palestina dengan cara kolonial," kata Araghchi saat melakukan percakapan via telepon dengan Menlu Mesir Badr Abdelatty pada Sabtu (8/2/2025) malam, dikutip laman Al Arabiya

Baca Juga

"(Rencana Trump merelokasi warga Gaza) menimbulkan ancaman serius bagi stabilitas dan keamanan di kawasan ini," tambah Aragchi. 

Menurut keterangan yang dirilis Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Iran, selain dengan Badr Abdelatty, pada hari yang sama Aragchi juga melakukan percakapan telepon dengan menlu Tunisia dan Turki. Isu Gaza menjadi topik utama perbincangan mereka. 

Sebelum Aragchi melakukan perbincangan telepon dengan menlu Mesir, Tunisia, dan Turki, delegasi pejabat Hamas datang ke Teheran dan melangsungkan pertemuan dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khameinei. Itu merupakan pertemuan perdana petinggi Hamas dengan Khameinei sejak diberlakukannya gencatan senjata di Jalur Gaza pada 19 Januari 2025. 

Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada Selasa (4/2/2025), Presiden AS Donald Trump menyampaikan bahwa dia hendak mengambil alih Jalur Gaza. "Sejauh menyangkut Gaza, kami akan melakukan apa yang diperlukan. Jika memungkin melakukannya, kami akan mengambil alih bagian itu, kami akan membangunnya, menciptakan ribuan pekerjaan," kata Trump. 

Trump menambahkan bahwa dia tidak ingin melihat peristiwa yang terus berulang di Gaza. "Saya melihat posisi kepemilikan jangka panjang (atas Gaza) dan saya melihatnya membawa stabilitas besar ke bagian Timur Tengah tersebut dan mungkin seluruh Timur Tengah," ucapnya. 

Ketika ditanya siapa yang akan tinggal di sana, Trump mengatakan bahwa Gaza bisa menjadi rumah bagi masyarakat dunia. Menurutnya, Gaza mungkin akan menjadi "Riviera" di Timur Tengah. Riviera dalam bahasa Italia adalah garis pantai atau wilayah pesisir.  

Menurut Trump, gagasannya mengambil alih Gaza didukung sejumlah pihak. "Semua orang yang saya ajak bicara menyukai gagasan AS memiliki sebidang tanah itu, mengembangkan dan menciptakan ribuan pekerjaan dengan sesuatu yang akan luar biasa," ujar Trump.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement