Senin 03 Feb 2025 17:45 WIB

Pemprov Jelaskan Alasan Terjadi Kelangkaan LGP 3 Kg di Jakarta

Kuota LPG 3 kilogram untuk Jakarta pada tahun ini lebih rendah dibandingkan 2024.

Rep: Bayu Adji Prihammanda/ Red: Erik Purnama Putra
Warga antre untuk membeli Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Auliya Rahman
Warga antre untuk membeli Liquefied Petroleum Gas (LPG) 3 kilogram (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah warga di Jakarta mengalami kesulitan mencari liquefied petroleum gas (LPG) 3 kilogram (kg) sejak beberapa hari terakhir. Pasalnya, mayoritas warung kecil yang biasa menjual LPG 3 kg tidak lagi mendapatkan pasokan dari pangkalan resmi.

Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi Jakarta, Hari Nugroho mengungkapkan, ada beberapa penyebab terjadinya kelangkaan LPG 3 kg di masyarakat. Salah satunya adalah kuota LPG 3 kilogram untuk Jakarta pada tahun ini lebih rendah dibandingkan 2024.

Baca Juga

"Jadi alokasi kuota LPG tabung 3 kg tahun 2024 untuk wilayah DKI Jakarta itu sekitar 417. 243 metrik ton dengan hasil penyaluran per 30 September itu sekitar hampir 421.989 metrik ton. Artinya penyalurannya realisasinya sebesar 101,14 persen," kata Hari saat dihubungi wartawan di Jakarta, Senin (3/2/2025).

Karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta mengusulkan kuota sebesar 433.933 metrik ton atau lebih besar dibandingkan usulan tahun lalu. Namun, kuota yang diberikan untuk Provinsi Jakarta pada 2025 hanya 407.555 metrik ton.

Hari menjelaskan, kelangkaan LPG 3 kg yang terjadi beberapa hari terakhir juga disebabkan adanya hari libur nasional yang cukup panjang pada pekan lalu. Menurut dia, banyaknya tanggal merah itu berdampak terhadap berkurangnya pasokan LPG 3 kg dari Pertamina.

Selain itu, dalam beberapa hari ke belakang, warga juga membeli gas melon secara berlebihan (panic buying) dari para pengecer atau warung-warung kecil. Kondisi itu disebabkan adanya kebijakan baru dari pemerintah bahwa pengecer tidak akan lagi mendapatkan pasokan LPG 3 kg dari pangkalan resmi.

"Terjadilah panic buying sehingga akhirnya LPG langka," kata Hari. Tak hanya itu, harga eceran tertinggi (HET) di Jakarta yang lebih rendah dibandingkan daerah penyangga lainnya juga membuat kuota LPG 3 kg di wilayahnya makin berkurang.

Oasalnya, warga dari daerah penyangga seperti Depok, Tangerang, Bekasi, dan Bogor, akan lebih memilih membeli LPG 3 kg di Jakarta karena harga yang lebih murah. Pemprov Jakarta menetapkan HET mulai 2015 sesuai dengan Pergub Nomor 4 tahun 2015 yaitu di angka Rp 16 ribu.

"Nah kalau kita bicara daerah penyangga atau perbatasan dari Jakarta seperti Tangerang, Banten, Bogor, Depok, Bekasi, itu telah mengalami kenaikan HET itu per 2019 (Rp 19 ribu), sehingga pengaruh juga lokasi kita bisa tergerus bisa dimanfaatkan daerah penyangga kuota kita," kata dia.

Menurut Hari, jajarannya sedang berupaya untuk menangani kelangkaan LPG 3 kg di masyarakat. Salah satunya, dengan meminta para agen atau pangkalan memantau ketersediaan stok di pangkalan setiap saat.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement